INTERNASIONAL

Pekerja Kemanusiaan: Langkah Baru Israel Tak Hentikan Krisis Kelaparan di Gaza

Langkah-langkah seperti pengiriman udara dan koridor bantuan dinilai tak banyak membantu menghentikan meningkatnya jumlah korban tewas.

Termasuk di antaranya adalah proses registrasi baru untuk NGO internasional (INGO), yang mengharuskan organisasi non-PBB mendaftar ke Kementerian Urusan Diaspora dan Penanggulangan Antisemitisme yang baru dibentuk oleh Israel.

Sebagai bagian dari proses registrasi, INGO diminta menyerahkan data identitas staf Palestina mereka — permintaan yang ditolak banyak organisasi karena kekhawatiran terhadap keselamatan staf mereka di Gaza dan Tepi Barat.

Mereka menunjuk pada tingginya jumlah pekerja kemanusiaan yang terbunuh oleh Israel di Gaza sebagai bukti nyata risiko yang mereka hadapi jika memberikan informasi staf kepada Israel. Tidak jelas apakah Israel akan mengizinkan registrasi tanpa data tersebut.

Beberapa INGO yang belum mendapatkan registrasi dari kementerian baru Israel tersebut dilaporkan mengalami penundaan impor ke Gaza secara tak terbatas oleh bea cukai Israel, menurut sumber dari pengelola rantai pasok bantuan yang juga mengalami penundaan serupa.

Mereka khawatir bahwa pejabat bea cukai tidak akan mengizinkan barang masuk ke Gaza tanpa registrasi, sehingga membahayakan kemampuan mereka untuk mengirimkan bantuan ke wilayah yang terkepung itu.

“Meskipun pelanggaran nyata di lapangan berdampak besar pada opini publik, pelanggaran akses melalui birokrasi tidak berdampak serupa karena rumit dan membosankan. Tapi inilah yang sebenarnya menghentikan bantuan masuk,” ujar seorang pekerja kemanusiaan yang terlibat dalam logistik bantuan ke Gaza, yang berbicara secara anonim karena tidak diperbolehkan berbicara ke media.

Meminta klarifikasi kepada otoritas bea cukai tidak membuahkan hasil, dan hal ini, menurut para pekerja bantuan, adalah bagian dari “kebijakan yang disengaja” untuk membuat pengiriman bantuan semaksimal mungkin terhambat. Penjelasan dari bea cukai Israel atas penolakan atau penundaan barang sangat jarang diberikan, memaksa lembaga bantuan untuk menebak sendiri apa yang diperbolehkan masuk.

Pekerja kemanusiaan itu mengatakan bahwa kurma dan zaitun sering kali dibuang oleh bea cukai Israel tanpa penjelasan. Setelah membandingkan pengalaman dengan kelompok bantuan lain, mereka menyimpulkan bahwa barang-barang yang ditolak umumnya adalah buah atau sayuran yang mengandung biji yang bisa ditanam.

Namun, kiriman berikutnya yang berisi pasta kurma dan zaitun tanpa biji akhirnya diperbolehkan masuk.

Baik COGAT maupun Kementerian Urusan Diaspora dan Penanggulangan Antisemitisme Israel tidak menanggapi permintaan komentar.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button