OASE

Pelajaran dari Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad Saw

Tidak terasa kaum Muslimin akan kembali melewati pergantian tahun baru Hijriyah, dari tahun 1446 H berganti menjadi 1447 H. Momentum ini hendaknya dijadikan sarana untuk penguatan komitmen membangun kehidupan berbasiskan nilai-nilai hijrah Nabi Muhammad Saw.

Peristiwa hijrah merupakan suatu indikasi kebenaran ajaran Nabi Muhammad Saw dan latihan bagi para pengikutnya. Dengan proses hijrah ini mereka menjadi mampu memikul tanggung jawab kepemimpinan di muka bumi.

Allah memilihkan Madinah sebagai tempat hijrah bagi kaum Muslimin sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Muhammad Saw, “Tempat hijrah kalian sudah diperlihatkan kepadaku. Aku telah melihat tanah bergaram dan ditumbuhi pohon kurma berada di antara dua gunung yang berada di Harrah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sebab Hijrah

Hijrah Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslimin bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan untuk melakukan hijrah.

Pertama, karena adanya siksaan dan tekanan. Begitu Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman diarahkan kepadanya dan kaum muslimin. Karena itu, Nabi Muhammad Saw selalu berpikir untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum Muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah. Penyebab hijrah di antaranya karena penyiksaan dan penindasan kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin.

Kedua, adanya kekuatan yang akan membantu dan melindungi dakwah, sehingga memungkinkan Nabi Muhammad Saw berdakwah dengan leluasa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam nash Bai’atul Aqabah kedua. Yaitu kaum Anshar berjanji akan melindungi Nabi Muhammad Saw seperti melindungi anak dan istri mereka.

Ketiga, pembesar kaum Quraisy dan sebagian besar masyarakat Makkah menganggap Nabi sebagai pendusta, sehingga mereka tidak mempercayainya. Dengan kondisi seperti ini, maka beliau ingin mendakwahkan Islam kepada masyarakat lainnya yang mau menerimanya.

Keempat, kaum Muslimin khawatir agama mereka terfitnah. Ketika Aisyah ra ditanya tentang hijrah, beliau berkata: “Kaum Mukminun pada masa dahulu, mereka pergi membawa agama mereka menuju Allah dan Rasul-Nya karena khawatir terfitnah.” (H.R. Bukhari)

Kerjasama dalam Hijrah

Setelah berbagai ujian dan cobaan di Makkah, Allah memerintahkan Nabi dan umat Islam berhijrah ke Madinah. Kemudian Nabi memerintahkan umat Islam berhijrah secara sembunyi-sembunyi dan bertahap agar tidak mendapatkan gangguan dari kaum kafir Makkah. Banyak orang yang membantu dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad Saw.

Pertama, Ali bin Abi Thalib. Ali mendapatkan tugas untuk mengecoh orang-orang kafir Quraisy yang hendak menghalangi hijrahnya Nabi dan berencana membunuhnya. Ali tidur di tempat tidur Nabi dan berselimut dengan mantel Nabi berwarna hijau berasal dari Hadhramaut.

Kedua, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia bertugas menemani Nabi, yang sebelumnya telah menyiapkan dua ekor unta untuk hijrah dan menemani Nabi sembunyi di gua Tsur selama tiga hari.

Ketiga, Abdullah bin Abu Bakar. Ia bertugas sebagai pencari informasi, jika malam hari membersamai Nabi dan Abu Bakar serta menyampaikan informasi terkait situasi di luar Tsur. Ia meninggalkan keduanya pada akhir malam dan pagi harinya menyelusup ke tengah orang-orang Quraisy untuk menyadap informasi.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button