OASE

Pelajaran dari Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad Saw

Setelah tidak ada lagi yang mencari, dan setelah datang Abdullah bin Uraiqith sebagai pemandu jalan, berangkatlah Nabi bersama Abu Bakar menyusuri jalan rahasia menuju Madinah.

Perjalanan Nabi dan Abu Bakar menuju Madinah diketahui Suraqah bin Ja’tsam. Ia segera mengejarnya dengan harapan mendapatkan hadiah besar dari kaum Quraisy sebagai sayembara jika dapat menangkap Muhammad dan Abu Bakar.

Ketika telah sampai di dekat Nabi tiba-tiba kuda Suraqah tersungkur dan dia pun terpelanting. Kemudian dia bangun dan mengejar kembali sampai mendengar bacaan Nabi Muhammad Saw. Berkali-kali Abu Bakar menoleh ke belakang, sementara Nabi berjalan terus dengan tenang. Setiap kali sampai di dekat Nabi Muhammad Saw Suraqah terpelanting dari kudanya, hingga dia berteriak memanggil minta diselamatkan.

Tatkala Nabi dan Abu Bakar menghampirinya Suraqah meminta maaf dan mohon supaya Nabi berdoa memohonkan ampunan untuknya dan menawarkan bekal perjalanan. Nabi meminta kepada Suraqah untuk tidak menyebarkan informasi tentang Nabi Muhammad Saw. Maka pulanglah Suraqah. Dan setiap kali bertemu dengan orang-orang yang mencari Nabi, dia selalu menyarankan supaya kembali saja.

Pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun ke-14 dari kenabian, Nabi Muhammad Saw sampai di Quba. Beliau berada di Quba selama empat hari. Di Quba beliau membangun masjid Quba dan shalat di dalamnya. Inilah masjid pertama yang didirikan atas dasar takwa setelah nubuwah.

Setelah itu Nabi Muhammad Saw melanjutkan perjalanan ke Madinah. Nabi Muhammad Saw memasuki Madinah tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Di sinilah beliau disambut dengan meriah dan dijemput oleh orang-orang Anshar.

Pelajaran dari Hijrah.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslimin ke Madinah ini mempunyai banyak pelajaran bagi umat Islam.

Pertama, pesan Nabi terhadap Abu Bakar supaya menunda dan menemani perjalanan hijrah Nabi Muhammad Saw. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad Saw, paling dekat dengannya, dan paling berhak menjadi khalifah sesudahnya.

Kedua, perintah hijrah ditinjau dari sisi waktu dan tempat merupakan wahyu dari Allah SWT. Bukhari menyebutkan, “Abu Musa berkata meriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw, dia bersabda, ‘Saya melihat dalam mimpi bahwa saya berhijrah dari Makkah ke negeri yang dipenuhi pohon kurma, saya menduga ke Yamamah atau Hijr, ternyata ke Madinah.” (Fath Al-Bari).

Ketiga, hijrah ke Madinah bukan rekreasi yang diinginkan orang Muhajirin dan bukan pula karena Makkah merupakan negeri berpenyakit, sehingga mereka gembira dengan berita wajibnya hijrah dari Makkah. Namun, itu adalah satu perintah yang dibebankan yang berkaitan dengan akidah yang diyakini kebenarannya, dan berkaitan dengan karakter risalah Islam yang harus disampaikan kepada orang lain.

Keempat, peristiwa hijrah menunjukkan keistimewaan Ali bin Abi Thalib karena ia yang tidur di tempat tidur Nabi menggantikan posisi yang berbahaya, mempertaruhkan nyawa dengan satu keyakinan bahwa Allah akan menjaga dan melindunginya, ia melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang dibebankan Nabi Muhammad Saw kepadanya.

Kelima, dalam perjalanan hijrah Nabi ke Madinah melibatkan banyak orang. Hal ini menegaskan pentingnya kerja sama dan sama-sama kerja yang rapi dan pembagian tugas dalam menjalankan misi perjuangan dan dakwah.

Masih banyak pelajaran lainnya yang dapat diambil dan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam.[]

Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button