SIRAH NABAWIYAH

Pelajaran Penting Setelah Perjanjian Hudaibiyah

Setelah peristiwa Hudaibiyah dan penyelesaian terhadap penghianatan yang dilakukan oleh Yahudi Bani Khaibar, Rasulullah Saw melangsungkan politik luar negerinya dengan mengirimkan surat dakwah kepada para raja dan penguasa dunia saat itu.

Rangkaian peristiwa yang menunjukan dan meneguhkan jika politik luar negeri Rasulullah Saw adalah dakwah dan jihad, bukan yang lain. Dakwah kepada Islam, dan jihad mempertahankan kehormatan dakwah Islam yang berlangsung yang mendapatkan halangan dan rintangan fisik berupa tantangan kekuatan militer.

Rasulullah Saw mengirimkan surat dakwah yang dibawa oleh sahabat-sahabat pilihannya, untuk diserahkan kepada para raja dan penguasa dunia saat itu. Rasulullah Saw menyerahkan surat untuk Hiraklius kaisar Romawi kepada Dihyah bin Khalifah al -Kalaby. Untuk Kisra Raja Persia kepada Abdullah bin Hudzafah as-Sahamiy, untuk Raja Yamamah kepada Salith bin Amru.

Sedangkan ‘Amr bin Umayyah Adh-Dhamiri diutus kepada raja Najasyi. Hathib bin Abi Balta’ah diutus ke Muqauqis, raja Mesir dan Iskandaria. ‘Amr bin Al-‘Ash diutus kepada dua raja ‘Uman (Oman). Syuja’ bin Wahb Al-Asadi diutus kepada Al-Harits bin Abi Syimr Al-Ghassani, raja Balqa’ dari daerah Syam. Al-Muhajir bin Abi Umayyah Al-Makhzumi diutus kepada Al-Harits Al-Himyari. Al-‘Ala’ bin Al-Hadhrami diutus kepada Al-Mundzir bin Sawa Al-‘Abdi, raja Bahrain.

Setelah pengiriman surat dakwah kepada para raja dan penguasa dunia, hasilnya adalah sebagian menerima dan sebagian lainnya menolak, Rasulullah Saw menggenapkan perkenalan sebagai entitas negara Islam dengan aktivitas jihad yaitu melakukan show of force kekuatan militer kaum muslimin ke negara adidaya Romawi, setelah mendengar kabar jika Romawi menyiapkan pasukannya untuk menyerang Madinah.

Rasulullah Saw mengirimkan pasukan perang Mu’tah di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib ra dan Abdullah bin Rawahah ra yang semuanya gugur dimedan laga dan kemudian pasukan kaum muslimin diselamatkan lewat strategi perang yang dilakukan oleh Khalid bin Walid ra, hingga pasukan kembali ke Madinah dengan selamat dan meninggalkan kesan yang mengagumkan dan menggetarkan bagi pasukan musuh. Perang Mu’tah adalah kontak militer pertama negara Islam yang dipimpin Rasulullah saw dengan kekaisaran Romawi yang dipimpin kaisar Hiraklius.

Setelah perang Mu’tah dan pembebasan kota Mekah (futuh Mekkah), juga perang Hunain, Rasulullah Saw kembali menjalankan politik luar negeri keluar jazirah Arab, berupa jihad di medan Tabuk setelah mendapat kabar jika dakwah Islam ditolak dan negeri Romawi kembali bersiap untuk memerangi negeri-negeri Arab di bagian utara.

Rasulullah berhasil mengumpulkan pasukan sejumlah 30.000 pasukan yang langsung dipimpinnya sendiri, untuk menghadapi pasukan Romawi yang sangat besar dan terlatih.

Akan tetapi sesampainya pasukan Rasulullah Saw di Tabuk, dan setelah menunggu beberapa lama disana, ternyata pasukan Romawi tidak datang. Akhirnya, Rasulullah Saw menyebarkan dakwah Islam disekitaran Tabuk dan meladeni setiap tantangan perang dari penduduk sekitar. Alhasil wilayah Tabuk dan sekitarnya, penduduknya berbondong-bondong masuk kedalam Islam dan menyerahkan kekuasaannya untuk kemudian tunduk dan diatur oleh Rasulullah Saw, Islam berkembang dan diterima hingga keluar jazirah Arab. Setelahnya, Rasulullah Saw dan kaum Muslimin kembali ke Madinah membawa kemenangan dan banyak ghanimah.

Kemudian Rasulullah Saw menyelesaikan masalah dalam negeri di Madinah setelah munculnya kaum munafikun kepermukaan hingga membuat mesjid ad-Dhirar, yang kemudian dibakar oleh Rasulullah Saw sebagai tanda peringatan yang keras dari Rasulullah Saw, dan perang terhadap kaum munafikun.

Alhasil ketegasan Rasul Saw dalam memerangi kaum munafikun di Madinah, membuat Kaum muslimim menjadi stabil kembali kehidupannya di dalam negeri, dan semakin dikagumi sekaligus ditakuti di luar negeri.

Demikianlah bagaimana Allah SWT dan Rasul-Nya telah menetapkan jika hubungan luar negeri negara Islam adalah hubungan dakwah dan jihad. Karenanya, hubungan ini semakin menunjukkan jika negara memiliki kewajiban untuk mengemban dakwah Islam, menyebarkan kebaikan, sehingga keselamatan hidup di dunia dan di akhirat dapat diketahui dan diperoleh oleh seluruh umat manusia.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button