#Bebaskan PalestinaSUARA PEMBACA

Pelaparan Sistemik, Genosida Gaya Baru di Gaza

Foto-foto bayi dengan tulang menonjol berbalut kulit dan perut membusung menghiasi media sosial. Tampak pula video anak-anak dan orang dewasa mengantre makanan dengan jeritan pilu menahan lapar. Ini bukan sekadar foto dan video, melainkan itulah kondisi saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Ternyata, pelaparan pun tidak kalah mematikan daripada senjata.

Sungguh, tragedi kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik luar biasa. Tercatat, ada 100.000 anak dan 40.000 bayi terancam mati kelaparan. Ribuan anak telah menjadi syuhada akibat kekurangan gizi, sedangkan hingga saat ini jutaan warga Palestina hidup dalam kondisi kelaparan ekstrem.

Kondisi ini terjadi sejak Zionis Yahudi memblokade penuh aliran bantuan pada 2 Maret 2025. Alhasil, makin tampak bahwa kelaparan menjadi senjata baru Zionis Yahudi untuk memusnahkan kaum Muslim di Gaza secara perlahan, tetapi pasti.

Sejumlah laporan internasional juga menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 truk bantuan telah dihancurkan oleh Zionis Yahudi ketika akan memasuki Gaza (Sindonews.com, 26 Juli 2025). Sementara itu, sejak Mei 2025 Zionis Yahudi telah memblokade ketat 71 persen wilayah Jalur Gaza yang berdampak pada kesulitan distribusi pangan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya (Antaranews.com, 16 Mei 2025).

Jelas, ini bukan sekadar kegagalan distribusi logistik ke Jalur Gaza, melainkan strategi sistematis yang disengaja.

Saat kaum Muslim di Gaza menderita akibat blokade dan serangan Zionis Yahudi, Menteri Warisan Budaya Israel, Amichai Eliyahu, justru mengeluarkan pernyataan menyakitkan. Eliyahu menyatakan bahwa Israel akan “berlomba-lomba” untuk menghapus Jalur Gaza dan tidak peduli dengan kelaparan yang terjadi di Gaza (Republika.co.id, 26 Juli 2025).

Pernyataan ini makin menegaskan bahwa kelaparan yang melanda Gaza bukan sekadar akibat perang, melainkan bagian dari rencana pemusnahan massal kaum Muslim di Gaza.

Nyata, bahwa kini genosida tidak hanya menggunakan peluru dan rudal, tetapi juga menggunakan kelaparan paksa.

Andai seluruh penderitaan di dunia dikumpulkan niscaya tidaklah sebanding dengan derita kaum Muslim di Gaza. Ironisnya, hingga hari ini dunia internasional terus saja gagal memberikan respons yang tegas terhadap kebiadaban Zionis Yahudi atas Palestina. PBB pun tampak tak bergigi menghadapi veto Amerika Serikat yang tiada hentinya membela Zionis Yahudi.

Para pemimpin Islam pun tampak tak bernyali. Mereka hanya berani mengecam tanpa aksi nyata mengirimkan pasukan militernya untuk menghentikan penjajahan Zionis Yahudi atas Palestina.

Sejatinya, sesama Muslim itu bersaudara, tak terkecuali kaum Muslim di Gaza. Air matanya adalah air mata kita. Jeritannya adalah jeritan kita. Deritanya adalah derita kita. Oleh karena itu, umat Islam di seluruh dunia seharusnya menjadi garda terdepan dalam merespons tragedi ini, terutama para pemimpinnya.

Namun, fakta berbicara, tidak sedikit para pemimpin Muslim yang justru terjebak dalam strategi dan propaganda Barat. Alih-alih menjadi garda terdepan dalam membela Palestina, sebaliknya justru bergandengan tangan di belakang punggung umat Islam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button