Pembakaran Al-Qur’an: Bukti Islamofobia Kronis di Negara-Negara Barat
Pembakaran mushaf Al-Qur’an di sejumlah negara barat, terutama Swedia dan Denmark, merupakan bukti kuat bahwa ada misi terselubung di balik maraknya kasus Islamofobia di Swedia dan negara lain sejak dikeluarkannya resolusi PBB anti Islamofobia dua tahun lalu.
Pertumbuhan umat Islam yang begitu tinggi di dunia menimbulkan kecemburuan global terutama kelompok Illuminati dunia yang senantiasa membuat media framing negatif terhadap kaum Muslim dan yang berbau Islam.
Agenda terselubung mereka semakin bervariatif dan masif, terutama di bidang sosial budaya dan politik.
Penyelenggaraan event global dan regional di negara dengan mayoritas penduduk Muslim dibungkus rapi atas nama budaya dan sebagainya sering membuat kita terkecoh dan lengah.
Mereka punya militanisme tinggi dan modal besar baik itu datang dari perusahaan MNC (multinational company) atau lembaga keuangan bahkan PBB.
Di bidang politik juga digarap secara intensif dengan agenda jelas tanpa rasa gultu feeling.
Pilpres di Turki adalah kasus terkini dimana kelompok sekularis, liberalis dan Islamofobis bersatu melawan presiden Erdogan yang dinilai sebagai tokoh dunia anti Islamofobia dan penjajahan serta kezaliman.
Lawan beliau yang kebetulan mengusung agenda sekulerisasi dan nasionalisasi Turki seperti yang dikumadangkan Presiden pertama Turki Mustafa Kemal Attaturk, sepenuhnya didukung Barat.
Erdogan adalah pemimpin Turki yang berhasil memajukan negaranya berkat agenda Islamisasi sejak dua dekade lalu.Ia mampu menempatkan posisi Turki sebagai salah satu negara maju dan kuat di dunia.
Kebangkitan Turki dengan kejayaannya di bidang militer, ekonomi dan budaya menimbulkan trauma bagi dunia barat tentang kejayaan ‘Ottoman Empire’ sejak 1299-1924.
Alhamdulillah OIC dengan suara bulat saat summit di Saudi telah mengeluarkan kesepakatan tegas agar masyarakat dunia menghormati nilai sakral agama dengan meminta semua pihak untuk tidak menciderainya.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Indonesia tak cukup hanya memanggil Dubes Swedia dan Denmark oleh Menlu Indonesia. Tapi juga menerapkan kebijakan yang lebih tegas dengan men-down grade tingkat diplomasi bahkan jika diperlukan menerapkan embargo atas produk Swedia dan Denmark serta melakukan pemutusan hubungan diplomatik.[]
KH Muhyiddin Junaidi, Wakil Ketua Wantim MUI Periode 2020-2025.