SUARA PEMBACA

Pembakaran Al-Qur’an, Gagal Paham Soal Kebebasan Berekspresi

Sebagaimana dahulu ketika Rasulullah Muhammad Saw mendakwahkan Islam di Mekah, beliau dan pengikutnya banyak mendapatkan penghinaan dan penganiayaan. Ada Umayyah bin Khalaf bin Wahhab bin Hudzafah bin Jumah yang selalu mengumpat dan mencela setiap kali berjumpa Rasulullah. Ada pula Ummu Jamil yang senantiasa menebar duri di jalan yang biasa dilalui Rasulullah.

Dan berbagai bentuk penyiksaan lainnya dari tetangga Rasulullah Saw, demi menghentikan dakwah Islam. Abi Thalib, paman Rasulullah Saw kala itu, memohon pada keponakannya untuk menghentikan dakwah, sebab ia tidak sampai hati melihat keponakannya ditindas para pemuka Quraisy.

Wahai paman, demi Allah, kalaupun mereka menaruh matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku, supaya aku meninggalkan urusan agama ini, niscaya sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan agamanya atau aku binasa karenanya,” Rasulullah shollallahu alaihi wasalam menjawab pamannya  dengan tegas.

Beliau tidak berbalik ke belakang, namun terus membangun kekuatan untuk berusaha memenangkan agama Allah. Teror dan ancaman musuh-musuh Islam baru berhenti, ketika Daulah Islam berdiri di Madinah. Dengan struktur negara yang kokoh, menjadikan Daulah sebuah negara adidaya. Inilah sebaik-baik kepemimpinan umat yang pernah ada. Berjaya hingga 13 abad lamanya, menguasai dua pertiga dunia.

Maka jika saat ini para pemimpin negeri muslim, diam seribu bahasa, serta tidak menunjukkan aksi perlawanan yang nyata untuk  menghentikan penistaan terhadap Islam, karena mereka bukan Amirul Mukminin. Mereka adalah pengemban sekularisme yang menegasikan peran Allah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sia-sia saja berharap pembelaan dari mereka.

Organisasi dunia pun bertekuk lutut di bawah kendali Barat. Tidak bergeming menyaksikan penghinaan terhadap kitab Allah. Meski dirobek atau dibakar. Sejatinya mereka pun  mengabaikan syariat Allah, tidak menerapkannya, pun tidak menjaganya. Bahkan menjadi tuhan baru yang membuat aturan sendiri untuk mengendalikan kehidupan kaum muslim.

Sementara Al-Qur’an yang berisi firman Allah SWT merupakan panduan dan pedoman hidup kaum muslim, bukan sekadar bacaan yang menentramkan hati. Tetapi ia sebagai sebuah kitab suci, kaum muslim wajib menjaganya, membaca dan menerapkannya dalam seluruh aspek  kehidupan sehari-hari.

Maka menghentikan penistaan terhadap Al-Qur’an dan mengembalikan kemuliaannya, adalah dengan cara mewujudkan kembali kehidupan Islam, yakni dengan penerapan Islam secara kaffah. Di sini kaum muslim akan menjadi umat terbaik yang akan membangun peradaban mulia dan mampu mengguncang dunia. Allahumanshurnaa bil Islam.

Lulu Nugroho, Pengemban Dakwah dari Bandung.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button