NUIM HIDAYAT

Pemerintah Baru Prabowo, Ada Harapan Meski Kurang Mencerahkan

Prabowo juga diharapkan menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh Islam dari seluruh ormas. Bila Jokowi hanya menganakemaskan NU, Prabowo diharap juga menjalin hubungan yang baik dengan Muhammadiyah, Dewan Dakwah, Persis, Al Washliyah dan lain-lain.

Meski demikian, Prabowo nampaknya tidak berani membuat kebijakan yang radikal. Misalnya menurunkan gaji pejabat, tertinggi maksimal hanya 40 juta rupiah. Karena menurut Bank Dunia jumlah orang miskin minimal masih 60 juta orang.

Jadi harusnya kekayaan negara itu diprioritaskan untuk menanggulangi kemiskinan dulu. Bukan dijadikan bancakan para pejabat dulu. Padahal bila presiden berani membuat keputusan yang radikal seperti itu, ekonomi Indonesia baru bisa berubah. Rakyat miskin akan turun drastis dan pejabat akan empati pada kaum miskin. Pejabat tidak lagi berangan-angan menumpuk kekayaan, tapi di fikirannya adalah bagaimana dapat menolong sebanyak banyaknya kaum miskin.

Memang bila motif yang ada dibenak memimpin itu adalah kenikmatan bukan ‘penderitaan’, maka yang ada adalah penumpukan kekayaan bukan pemberantasan kemiskinan.

Beda dengan tokoh tokoh Masyumi dulu yang berani hidup dalam kemiskinan atau kesederhanaan meskipun mereka pejabat tinggi. Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Agus Salim dan lain lain. Terkenal perkataan Kasman Singodimedjo kepada Agus Salim, leiden is lijden. Memimpin itu menderita.

Apapun, memang ada harapan di pemerintahan yang baru ini. Meski harapan itu kurang mencerahkan. Kita sebagai rakyat, hanya bisa berdoa dan membantu sebisa mungkin. Dan rakyat juga jangan terlalu bergantung pada pemerintah. Karena pemerintah seringkali sibuk dengan urusan dirinya atau kelompoknya. Mudah mudahan Prabowo tidak. Wallahu azizun hakim.[]

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button