Pemikiran dan Pengaruh Syekh Abdul Samad al-Falimbani dalam Masyarakat Melayu Islam

Selain berguru pada orang tuanya, Syekh Samad juga berguru kepada Sayyid Hasan bin Umar Alaydrus. Didikan Sayyid Hasan Alaydrus meninggalkan kesan mendalam bagi Syekh Samad. Sebagaimana dalam Faydh al-Ihsani (manuskrip Palembang), menerangkan, “tiada hasil yang sempurna melainkan berkah beberapa perkataan alim’ allamah yang salih”. Saat berumur 10 tahun bersama saudaranya Wan Abdullah Abdul Qodir al-Falimbani, beliau diantar ayahnya belajar ke Dayah Fatani. Setelah dari Fatani beliau melanjutkan belajar ke Mekkah dan Madinah sambil menunaikan ibadah haji.
Syekh Abdul Samad al-Falimbani mempunyai kontribusi penting dalam dinamika pemikiran Islam di dunia Melayu Islam. Sejak abad XIV hingga abad XVIII, Syekh Shamad telah memainkan peran penting dalam pengembangan khazanah keilmuan keislaman Melayu. Sekitar abad ini banyak ulama mengarang kitab-kitab dalam bahasa Jawi ataupun Arab, semisal Sayr al-Salikin dan Hidayat al-Salikin karya Syekh Shamad.
Kedua kitab itu hingga hari ini masih menjadi bahan bacaan masyarakat Melayu Islam di Asia Tenggara, Malaysia, Filipina Selatan, Brunai, Thailand, Singapura, dan Indonesia. Syekh Shamad termasuk salah seorang pembawa pemikiran Hujjat al-Islam Imam al-Ghazali dan termasuk ulama yang memperkenalkan tarekat Sammaniyah di bumi Melayu. Melalui karyanya Hidayat al-Salikin dan Sayr al-Salikin yang keduannya merupakan alih bahasa dari karya Iman al-Ghazali, Lubab Ihya Ulum al-Din dan Bidayah al-Hidayah, Syekh Samad dikenal sebagai ulama tasawuf.
Selain dua kitab tersebut, Syekh Samad juga menulis Tuhfah al-Raghibin fi Bayan Haqiqat Imam al-Mukmin wa Ma Yassiduhu fi Riddah al-Murtadin. Kitab yang ditulis untuk mengingatkan pembaca supaya tidak tersesat berbagai paham yang menyimpang dari Islam.
Selain sebagai sufi, Syekh Samad adalah ulama Melayu yang juga menguasai fikih. Kemahiran fikih dapat dilihat dari kemampuan memadukan fikih dan sufi. Harmonisasi kedua ilmu telah mengubah wajah budaya dan masyarakat Melayu Islam ke arah kedewasaan berpikir dalam memaknai agama.
Karya Syekh Samad, Sayr al-Salikin dan Hidayat al-Salikin merupakan kitab ajaran sufi terpandang yang paling dipedomani oleh masyarakat Islam di Palembang pada masa al-Falimbani. dari itulah terbukti bahwa kontribusi tasawuf dalam pengembangan pemikiran keislaman di negeri Melayu Islam sangatlah besar. Bahkan di Palembang, tradisi para ulama membaca dan mengkaji pemikiran al-Falimbani tetap dilestarikan. Kitab Sayr al-Salikin dibaca dan dipelajari di masjid agung Palembang (saat ini bernama Masjid Sultan Mahmud Badruddin Jayawikromo).[]
Judul : Abd al-Samad al-Jawi al-Falimbani (Pergulatan Intelektual di Tengah Pengaruh Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam Abad XVIII)
Penulis : Muliadi Kurdi
Penerbit : CV. Naskah Aceh
Tahun : 2021
Halaman : 132 hlm
ISBN : 978-623-96925-3-7
Dimas Sigit Cahyokusumo