Pemilu: Reformasi Kepemimpinan Ibadah Ritual Kelektif Merawat Indonesia
Merujuk sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia, antara salah satu bentuk keikutsertaan yang paling sakral adalah pemilihan umum (PEMILU). Proses ini bukan hanya sekadar menentukan wajah-wajah baru di kursi kepemimpinan, tetapi juga menjadi ibadah ritual kolektif bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui PEMILU, kita membangun fondasi demokrasi dan merawat keberlanjutan perjalanan kita sebagai bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan berdaulat.
Hajatan nasional PEMILU bukan hanya proses politik, melainkan sebuah ibadah ritual kolektif seluruh elemen bangsa, pastinya menggugah roh kebersamaan masyarakat Indonesia yang harmoni. Dalam setiap pemilihan, kita sebagai warga negara merasakan kekuatan persatuan yang membentuk kehidupan bersama. Dengan pemahaman bahwa hak pilih adalah amanah yang harus diemban dengan baik, menjadikan PEMILU sebagai wadah kita berpartisipasi dalam ibadah kolektif yang merawat kedaulatan bangsa. Dan setiap warga negara bertuah ini wajib bersama-sama memastikan berlangsungnya sebuah Pemilu yang menggugah rohaniah secara kolektif.
Perjalanan bangsa Indonesia telah mengajarkan kita pentingnya reformasi kepemimpinan. Setiap pemilihan umum menjadi tonggak penting dalam perjalanan tersebut. Reformasi kepemimpinan bukan hanya sekedar pergantian figur, tetapi sebuah upaya menyucikan jiwa bangsa dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dan semua bentuk akhlak tercela (mazmuhmah) dan pengkhianatan terhadap kesucian Bangsa Indonesia. Melalui PEMILU, kita berperan aktif dalam memilih pemimpin yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga memiliki integritas untuk membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik. Justeru pastikan hajatan besar 14 Februari 2014 ini benar-benar menjadi sarana transformasi dan reformasi kepemimpinan negara yang menyucikan jiwa bangsa.
Sejajar konteks ibadah kolektif, pendidikan pemilih menjadi kunci penting dalam menjaga kualitas PEMILU. Antara faktor terpenting adalah proses mendidik dan membangun kesadaran demokrasi pemilih dan tokoh yang akan dipilih, serta penyelenggara. Melalui peningkatan kesadaran demokratis, masyarakat diajak untuk memahami peranserta mereka dalam membentuk masa depan bangsa. Pendidikan pemilih menciptakan warga yang cerdas dalam memilih, mampu membedakan informasi yang akurat, dan memiliki pandangan yang kritis terhadap calon pemimpin yang disajikan.
Pemilihan umum juga memiliki dampak langsung di tingkat lokal. Bukan hanya dalam pemilihan presiden atau legislatif, tetapi juga dalam semua level pemilihan, termasuk pemilihan kepala daerah turut menjadi bagian integral dalam ibadah ritual kolektif ini. Partisipasi aktif warga di tingkat lokal adalah cerminan nyata dari semangat demokrasi yang meresap hingga ke akar rumput. Melalui proses ini, kita merawat keseimbangan antara pusat dan daerah, menjaga keberagaman budaya, serta memastikan keadilan dan pemerataan, kesetaraan, Indonseia Sejahtera, serta Inklusivitas pemerintahan yang innovative, efektif, progresif tentunya memiliki integritas akauntablitas jitu yang dijadikan visi misi pasangan calon, seperti pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) calon nomor 1, kontestator PILPRES 2024. Semoga Allah memberkati Indonesia dengan pemimpin yang soleh dan visioner.
Prosesi pemilihan kepemimpinan bangsa bukan hanya tanggung jawab generasi saat ini, tetapi juga amanah untuk menjaga dan menghormati keberlanjutan warisan bangsa dari satu generasi ke generasi. Ibadah kolektif ini mengajarkan kita untuk menghormati nilai-nilai luhur bangsa, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan semangat gotong-royong. Dalam proses pemilihan, kita membangun kerja sama antar-generasi, menggali kearifan lokal, dan menyelaraskan visi misi bersama untuk masa depan bangsa yang lebih cemerlang.
Melalui ibadah dan ritual kolektif ini, kita bukan hanya menjadi saksi perubahan, tetapi juga menjadi agen transformasi sosial. Melalui pemilihan umum, kita mengubah wajah pemerintahan, menghadirkan keadilan, dan membentuk kebijakan yang mensejahterakan. PEMILU bukanlah akhir dari ibadah kolektif nasional, melainkan awal dari tanggung jawab untuk memastikan janji-janji kampanye diwujudkan dalam tindakan nyata. Kewajipan kita memastikan PEMILU dan PILPRES kali ini benar-benar menjadi ajang transformasi sosial dari ibadah ritual kolektif menuju perubahan nyata Indonesia Sejahtera Baldatun tayybun wa rabbun ghafur.
Memeperhatikan iklim demokrasi, kritik konstruktif adalah nafas kehidupan. Melalui pemilihan umum, kita bukan hanya memilih pemimpin, tetapi juga memberikan pencerahan melalui pengawasan dan kritik. Kritik yang konstruktif adalah bentuk ibadah kolektif untuk memastikan pemerintahan tetap akuntabel dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Untuk sebuah bangsa yang kaya akan keberagaman, PEMILU adalah momen suci di mana kita bersatu dalam ibadah ritual kolektif untuk merawat Indonesia. Reformasi kepemimpinan, pendidikan pemilih, partisipasi aktif di tingkat lokal, kerja sama antar-generasi, transformasi sosial, dan kritik konstruktif adalah elemen-elemen utama yang membentuk kekuatan ibadah ritual kolektif ini. Melalui persembahan suara dan pikiran, kita merawat keberlanjutan perjalanan Indonesia, menjaga demokrasi, dan membentuk masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Merupakan keniscayaan, mutlak dan wajib bagi setiap elemen bangsa pemilih, calon yang dipilih, peserta kontestasi, penyelenggara PEMILU dan pemerintah menjaga kesucian hajatan besar bangsa ini, khususnya PEMILU 2024 sebagai sebuah Ibadah Ritual Kolektif yang tidak dikotori sedikit pun oleh hal-hal seperti serangan fajar money politik, intimidasi, kecurangan, memenipulasi hasil suara pilihan rakyat. Mari dalam pemilihan ini kita tanamkan niat yang benar dan Ikhlas, mengacu kepada tuntutan syara’ (Syariat Agama) berdasarkan keimanan nan kukuh yang menjadi sebagai syarat sah dan diterimanya sebuah ibadah menurut perspektif Islam. Allahu álam.
H. Rusli Abdul Roni, Lc., MA., Ketua Unit & Dosen Departemen Ilmu Sosial & Humaniora Fakultas Pendidikan Berterusan (CCEd), Universitas Nasional Tenga (UNITEN) Malaysia.