Pemimpin itu Membangun Rakyat, Bukan Membangun Kekayaan Korupsi
Bandingkan dengan Kazakhstan yang masing-masing berada di posisi 30, 41, dan 44. Jangan badingkan dengan posisi Malaysia. Sangat jauh. Apalagi Singapura, terlalu jauh.
Untuk perdagangan internasional (international trade), Malaysia berada di peringkat 23, Indonesia 51. Untuk infrastruktur teknologi, Malaysia di peringkat 20, Indonesia 49.
Namun, kita masih bisa bangga karena rata-rata peringkat Indonesia untuk seluruh bidang berada di atas semua negara Afrika dan Amerika Latin yang disurvei IMD. Pokoknya, Indonesia berada di atas Bostwana, Afrika Selatan, Kolombia, Chile, Brazil, Peru, Meksiko, Argentina, Venezuela, dsb. Di Asia, Indonesia berada di atas Filipina.
Nah, sekarang kita agak serius. Pantaskah Indonesia yang kaya-raya sumber alam itu berada dalam kondisi seperti ini? Dan mengapa Indonesia bisa berada di belakang Kazakhstan meskipun lebih baik dari Afrika dan Amerika Latin?
Sangat tidak pantas Indonesia ini seperti sekarang. Memalukan, menyedihkan, dan menjijikkan. Malu kepada tetangga, sedih pada diri sendiri, dan jijik melihat kelakuan para pemimpin.
Di mana-mana para pemimpin sibuk, tunggang-langgang, tak sempat istirahat memikirkan dan menyiapkan generasi masa depan yang tangguh. Para pemimpin di negara-negara lain mengerahkan semua sumberdaya untuk membangun rakyat, menguatkan daya saing bangsa dan negara.
Setiap hari mereka memikirkan dan menyusun kebijakan, regulasi, dan implementasi yang bertujuan untuk terus memberdayakan rakyat agar tumbuh menjadi bangsa yang kuat ekonomi dan kuat pertahanan. Agar menjadi bangsa yang bermartabat dan diperhitungkan.
Di Indonesia ini, setiap hari para penguasa, para pemimpin, sibuk menumpuk kekayaan dari pengurasan isi bumi, pengurasan emas, perak, tembaga, nikel, batubara, untuk disimpan duitnya di luar negeri agar anak-cucu mereka tetap kaya-raya dan bisa membeli rumah-rumah mewah di dalam dan luar negeri.
Para pejabat Kementerian Keuangan sibuk memainkan pajak, bea dan cukai, penetapan anggaran. Pejabat Direktoral Jenderal Pajak (DJP), Rafael Alun Trisambodo, bisa menumpuk uang ratusan miliar rupiah; bisa menyimpang mata uang asing sebesar 37 miliar di “safe deposit box” sebuah bank. Kepala Bea-Cukai Makassar Andhi Pramono punya kakayaan belasan miliar. Kemudian Kepala Bea-Cukai Yogyakarta Eko Darmanto juga punya kekayaan belasan miliar.
Beginilah kesibukan para pejabat dan pemimpin Indonesia. Mereka gunakan jabatan tinggi untuk menumpuk harta dengan cara mencuri, menggelapkan, merampok, dsb.
Di mana-mana para pemimpin sibuk membangun kekuatan ekonomi rakyat, kekuatan pendidikan, kekuatan teknologi, kekuatan pertahanan, dlsb. Tapi di sini, para pemimpin sibuk membangun kekayaan korupsi sebesar mungkin.[]
12 Maret 2023
Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News.
sumber: facebook asyari usman