Pendidikan dalam Filosofi Padi

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) selesai diselenggarakan. Peringatan Hardiknas sejatinya menegaskan tentang pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi maju. Jepang menjadi negara yang maju karena memberikan perhatikan serius dalam pendidikan (ilmu).
Karena luasnya pembahasan pendidikan (ilmu) maka penulis hanya membahas perihal penuntut ilmu (peserta didik) dalam semua jenjang pendidikan. Sebab, hari ini terjadi penurunan implementasi ilmu yang telah didapatkan.
Semestinya semakin bertambah ilmu, semakin tinggi jenjang pendidikan, dan semakin bertambah gelar, harus semakin merunduk seperti filosofi padi. Filosofi padi seringkali digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan spiritualitas.
Padi mengajarkan kerendahan hati, padi yang berisi akan semakin merunduk, simbol kesederhanaan dan kerendahan hati. Padi mengajarkan kesabaran, padi memerlukan waktu untuk tumbuh, simbol kesabaran dan ketekunan. Padi mengajarkan kemakmuran, padi yang melimpah melambangkan kemakmuran dan keberkahan. Padi mengajarkan pengorbanan, padi yang dipanen dan bijinya diambil, simbol pengorbanan untuk memberi manfaat bagi orang lain.
Adab Sebelum Ilmu
Pernyataan “pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu” dapat dipahami dalam beberapa konteks. Adab sebagai landasan etika dan moral: adab mencakup etika dan moral yang baik, yang menjadi landasan penting dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Adab sebagai landasan penghormatan: adab menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain, yang dapat membangun hubungan yang harmonis dan saling mendukung.
Inilah pentingnya keseimbangan antara adab dan ilmu. Pentingnya keseimbangan, karena baik adab maupun ilmu sama-sama penting dan saling melengkapi. Adab tanpa ilmu dapat menjadi kosong, sedangkan ilmu tanpa adab dapat menjadi berbahaya.
Penerapan ilmu dengan adab, karena ilmu yang diperoleh harus diterapkan dengan adab yang baik, sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam banyak tradisi, adab dan ilmu dianggap sama-sama penting dan saling terkait. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan keduanya dalam kehidupan sehari-hari.
Adab Menuntut Ilmu
Setiap penuntut ilmu dalam semua tingkatan selalu berharap untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Setelah lulus dari setiap jenjang pendidikan formal pun seorang penuntut ilmu tetap berharap agar ilmu yang diperoleh bermanfaat. Hal ini tampak dari doa para penuntut ilmu.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima.” (HR Ibnu Majah).
Pun agar dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah).
Selain berdoa, seorang penuntut ilmu hendaknya memperhatikan adab dalam menuntut ilmu. Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardiy dalam kitab Adabi Ad-Dunya wa Ad-Din menjelaskan beberapa cara agar memperoleh ilmu yang bermanfaat dan berkah.
Pertama, menjauhi akhlak tercela. Hiasi diri dengan akhlak mulia dan sucikan jiwa dari segala hal yang mendekati perbuatan dosa. Imam Malik pernah berkata kepada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Mengapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al-Husain berkata, “Dengan mempelajari adab, maka engkau menjadi mudah memahami ilmu.”