Pendidikan Seks Tepatkah untuk Anak?
Orang tua mana sih yang mengingingkan hal buruk terjadi pada anak-anaknya? Tentu semua orang tua menginginkan hal terbaik untuk anak-anak mereka. Pakaian yang terbaik, makanan yang terbaik, perhatian yang terbaik juga pendidikan yang terbaik akan diberikan oleh orang tua untuk anak-anak mereka.
Namun, tepatkah jika pendidikan seks diberikan kepada anak-anak? Seperti gaya mendidik salah seorang artis yang baru-baru ini blak-blakan mengatakan bahwa dirinya menemani sang buah hati nonton film porno guna memberikan pendidikan seks.
Dilansir dari Tempo.co, Yuni Shara mengaku memilih cara tersendiri mendidik kedua putranya, termasuk saat memergoki sang anak menonton konten video porno. Alih-alih memarahi dan melarang kedua anaknya untuk menonton video porno, Yuni justru memperbolehkan dan terkadang ikut menemani putranya menonton video tersebut. Parenting yang dilakukan Yuni menimbulkan banyak komentar dari netizen di media sosial. Bahkan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto memberikan kritik keras kepada Yuni, ia mengatakan bahwa “Konten porno itu konten berbahaya, dampaknya negatif serius bagi tumbuh kembang anak maka konten porno tak boleh dilihat anak”, tegasnya.
Masalah seks bebas di kalangan remaja Indonesia kian hari makin membludak kasusnya. Tidak dipungkiri ini terjadi karna budaya liberal dalam bergaul dan konten-konten negatif menjadi konsumsi publik.
Pendidikan seks digadang-gadang dapat menjadi solusi untuk mencegah permasalahan seks bebas. Sebagaimana saran yang diberikan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyarakan setiap negara di dunia untuk menerapkan pendidikan seksual yang komprehensif termasuk Indonesia. Rekomendasi ini berdasarkan pada kajian terbaru dari Global Education Monitoring (GEM) Report, UNESCO (cnnindonesia.com).
Alih-alih menekan kasus seks bebas, pendidikan seks justru menambah permasalahan. Fakta-fakta di lapang memaparkan kasus infeksi HIV, hamil diluar nikah, kekerasan seksual, perkosaan seperti bongkahan gunung es yang tersaji setiap tahun diberbagai negara di dunia. Lalu bagaimana jadinya jika pendidikan seks diberikan kepada anak-anak usia dini seperti yang telah diterapkan oleh negara Barat? Pendidikan seks ini ibarat memberikan senjata tajam untuk dimainkan anak-anak. Siapa yang akan menjamin senjata itu tidak akan melukai siapapun?
Pendidikan seks semacam ini tentu bukan berasal dari peradaban Islam. Barat yang kini memimpin dunia telah memberi warna dan gaya kehidupan kepada setiap generasi muslim termasuk pemikiran. Dengan mengklaim diri agar tidak disebut sebagai orang tua yang kolot, open mind kemudian memberikan kebebasan kepada sang buah hati sekendak hati menonton film porno tanpa menimbang efek dan dampak negatif di kemudian hari.
Di sisi lain negara tidak berlaku tegas dalam memfilter konten-konten negatif di media sosial. Konten negatif sangat mudah diakses, pergaulan yang bebas, pacaran sampai indekos atau check in hotel sudah jadi hal biasa, ketika punya masalah lari pada minum keras atau narkoba juga mudah didapat, semua menambah deretan permasalahan sistemik pada kerusakan anak bangsa.
Islam melarang tegas konten-konten seks yang dapat merangsang seksualitas meski dengan alasan pendidikan seks. Islam telah lebih dulu berhasil memberikan tindakan pencegahan kasus seks bebas dengan menanamkan akidah Islam sejak dini pada anak-anak kaum muslim, kemudian memerintahkan menundukkan pandangan, menutup aurat, melarang khalwat dan ikhtilat, mengharamkan zina maupun liwath, memerintahkan menikah bagi pemuda yang telah mampu, membangun silahturahmi, saling tolong menolong dan saling hormat kepada lawan jenis.
Selain tindakan pencegahan, Islam memberi sanksi tegas kepada pelaku yang berani melakukan tindakan kriminal seperti menonton konten porno dengan hukuman ta’zir. Sanksi ini bermaksud untuk memberi pencegahan bagi orang yang memiliki niat untuk melakukan tindakan kriminal dan mengobati dosa seseorang agar kelak tidak ditanyai di akhirat.
Cara Islam ini dapat menjaga individu dari mara bahaya, kenistaan dunia akhirat serta melindung masyarakat dan peradaban dengan mulia. Sistem Islam tersebut layak dan wajib untuk dijadikan acuan pendidikan kepada anak-anak dan menuntaskan permasalahan seks bebas di kalangan remaja.
Azrina Fauziah, Pegiat Literasi Pena Langit dan Pengamat Remaja