NUIM HIDAYAT

Pendobrak Berhala (2)

Keadilan ini juga dinikmati oleh bangsa-bangsa lain walaupun antara mereka dan kaum Muslimin terdapat rasa kebencian. Ini merupakan puncak keadilan yang belum pernah dicapai oleh undang-undang internasional manapun sampai sekarang ini, dan juga belum sampai dicapai oleh undang-undang dalam negeri manapun.

“Jika ada orang yang meragukan hal ini, mereka dapat memperhatikan bagaimana keadilan hanya untuk si kuat dan bukan untuk si lemah diantara bangsa-bangsa. Perhatikanlah keadilan yang dicapai antara pihak-pihak yang berperang. Kemudian coba pula perhatikan keadilan orang kulit putih terhadap kulit merah dan kulit hitam di Amerika Serikat, serta keadilan orang kulit putih terhadap orang kulit berwarna di Afrika Selatan. Kenyataan-kenyataan ini dirasa sudah cukup dan tidak perlu dijelaskan lagi karena semua orang sekarang ini mengetahuinya.

Yang penting dalam keadilan Islam itu adalah bahwa semuanya itu bukan hanya teori, tetapi telah mendapat kesempatan untuk dipraktekkan di alam kenyataan. Kenyataan Sejarah telah dapat memelihara contoh-contoh yang cukup umum diketahui.”

Ia adalah revolusi dalam menentang berhala perbudakan. Revolusi ini telah mengangkat derajat budak dari Tingkat benda atau Tingkat Binatang, ke Tingkat manusia. Inilah penjelasannya:

“Perbudakan dahulunya adalah suatu sistem universal. Para budak di Kerajaan Romawi diperlakukan dengan cara yang amat kejam. Siang hari mereka diperkejakan di ladang-ladang. Kalau hari telah malam mereka dirantai dan dimasukkan ke dalam kamar-kamar bawah tanah untuk tidur malam. Mereka dijaga oleh pengawal-pengawal yang bertindak juga amat kejam. Hukuman yang diberikan kepada mereka berada di antara dicambuk dan disalib. Ini disamping tugas mereka untuk barang permainan memuaskan hati orang-orang Merdeka. Untuk itu diadakan pertandingan-pertandingan yang kejam. Atau mereka disuruh berkelahi melawan singa. Dan semuanya itu berlangsung dalam pesta-pesta yang amat digemari oleh orang-orang yang Merdeka.

Lalu Muhammad bin Abdullah Saw datang. Ia berkata, “Siapa yang membunuh budaknya akan kami bunuh pula. Siapa yang memotong bagian badan budaknya akan kami potong pula bagian badannya. Siapa yang mengebiri budaknya akan kami kebiri pula.” (HR Bukhari Muslim)

Beliau berkata, “Budak-budak itu adalah saudara-saudara yang dipercayakan Tuhan ke dalam tanganmu. Siapa yang mendapat kepercayaan Tuhan memelihara saudaranya, makanan mereka harus sama dengan makananmu. Pakaiannya harus sama dengan pakaianmu. Jangan ia diberi pekerjaan yang terlalu berat. Siapa yang memberi pekerjaan terlalu berat, maka aia akan dilaknati Tuhan.” (Mashabihus Sunnah, termasuk hadits shahih).

Abu Mas’ud al Anshari ra berkata, “Saya pernah memukul budak saya. Lalu di belakang saya dengar satu suara,”Ya Abu Mas’ud. Tuhan kamu dapat memeprlakukan kamu lebih kejam dari kamu memperlakukan budak itu.” Lalu saya melihat ke belakang. Rupanya Rasulullah saw. Lalu saya berkata,”Hai Rasulullah budak ini saya merdekakan untuk mencari keridhaan Allah.” Lalu Rasul berkata,”Kalau kamu tidak memerdekakannya, tentu kamu akan dikejar api neraka dan akan dibakar api neraka.” (Mashabihus Sunan, Ibid).

Lalu kenapa Muhammad tidak menghapuskan perbudakan sekaligus dan semenjak dari saat pertama, maka persoalan itu adalah kondisi kemasyarakatan dan kebiasaan internasional, dimana waktu itu tawanan perang dijadikan budak, dan budak dipekerjakan. Kondisi sosial itu memerlukan perubahan total dalam unsur-unsur dan hubungan-hubungannya. Kebiasaan internasional memerlukan adanya perjanjian-perjanjian bersama.

Islam sama sekali tidak pernah menganjurkan perbudakan. Dalam Al-Qur’an tidak terdapat sebuah ayatpun yang meminta agar sistem perbudakan itu dijadikan suatu kebiasaan internasional. Jadi harus ada waktu untuk memperbaiki sistem internasional yang ada itu, untuk memperbaiki sistem internasional secara menyeluruh.

Islam telah memilih untuk mengeringkan sumber tempat berasalnya perbudakan itu, sehingga pada akhirnya sistem itu akan hancur sendirinya tanpa harus mengalami kegoncangan kemasyarakatan yang tidak mungkin dikendalikan lagi.

Islam mulai dengan mengeringkan sumber-sumber dan mata air seluruh perbudakan, selain dari tawanan perang yang dilakukan sesuai dengan hukumnya. Sebabnya adalah karena di saat itu Masyarakat-masyarakat yang anti Islam menjadikan budak terhadap tawanan-tawanan kaum Muslimin sesuai dengan kebiasaan inetrnasional yang berlaku saat itu.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button