SIRAH NABAWIYAH

Pengaruh Korespondensi dalam Dakwah

Ketika Hathib telah menghadap Raja Muqauqis, ia langsung berkata, “Sesungguhnya sebelum Tuan ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan yang paling tinggi. Lalu Allah menimpakan hukuman kepadanya di dunia dan di akhirat. Allah menyiksanya tanpa henti. Maka, ambillah pelajaran dari kejadian ini, dan jangan sampai ada orang lain yang mengambil pelajaran dari Tuan.” Muqauqis langsung menjawab dengan tegas, “Sesungguhnya kami mempunyai agama yang tidak akan kami tinggalkan kecuali jika ada agama lain yang lebih baik lagi.”

Hathib menceritakan semua hal tentang Nabi Saw kepada Raja Muqauqis. Nabi Saw mengutusnya untuk menyampaikan surat kepadanya untuk memeluk Islam. Dalam dakwah Nabi Saw tidak melarang akan kepercayaan yang dianut Raja Muqauqis beserta pengikutnya. Dalam Taurat dan Injil yang dibawa oleh Nabi Musa dan Isa AS dijelaskan bahwa kelak akan ada utusan Nabi terakhir yang membawa agama baru yaitu Islam. Serta tanda-tanda kenabian yang telah disebutkan dalam kedua kitab tersebut.

Raja Muqauqis mengambil surat tersebut dan memberikan stempel lalu diserahkan kepada pembantunya. Setelah itu, ia menyuruh sekretarisnya untuk menulis surat balasan. Berikut isi surat tersebut.

_“Bismillahirrahmannirrahim. Kepada Muhammad bin Abdullah, dari Muqauqis, pemimpin Qibthi. Kesejahteraan bagi Tuan, amma ba’d. Saya telah membaca surat Tuan dan memahami isinya serta apa yang Tuan serukan. Saya sudah tahu bahwa ada seorang Nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya, dia akan muncul dari Syam. Saya hormati utusan Tuan, dan kini kukirimkan dua gadis yang mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat Qibthi dan beberapa lembar kain. Saya hadiahkan pula seekor baghal agar dapat Tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi Tuan.”)

Dari balasan surat tersebut dapat disimpulkan bahwa Raja Muqauqis tidak menyatakan masuk Islam saat itu. Namun, ia mempercayai bahwa utusan yang telah disebutkan dalam kitabnya itu adalah Nabi Muhammad. Dua gadis yang dimaksud dalam surat tersebut adalah Mariyah (yang dijadikan sebagai istri oleh Nabi) dan Sirrin (yang diberikan kepada Hassan bin Tsabit Al-Anshari). Sedangkan baghal (keturunan silang antara kuda betina dan keledai jantan, bagal) yang hidup hingga zaman Muawiyah.

Ketiga, Kaisar Persia (Kisra). Nabi Saw mengirimkan surat kepada penguasa negeri yang digdaya yaitu Persia. Surat disampaikan oleh Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi. Berikut isi suratnya.

“Bismilaahirrahmannirrahim. Dari Muhammad Rasul Allah kepada Kisra, pemimpin Persia. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah semata, yang tiada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-nya. Aku menyeru Tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam, niscaya Tuan akan selamat. Namun jika Tuan menolak, maka dosa-dosa orang Majusi ada di pundak Tuan.”

Raja Kisra murka setelah membaca surat tersebut. Surat dirobek dan dibuang sambil berkata dengan angkuh, “Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku berkuasa.” Ketika berita penolakan ini sampai di telinga Nabi, beliau langsung bersabda, “Allah akan mencabik-cabik kerajaannya.”

Setelah itu, Raja Kisra melakukan penyelidikan tentang siapa sebenarnya Muhammad yang mengaku dirinya sebagai Nabi dan mengajaknya untuk memeluk Islam. Lalu ia menulis surat kepada Badzan gubernur Yaman. Surat itu berisi permintaan Raja Kisra kepada Badzan untuk mengirimkan dua orang terbaiknya ke Madinah untuk menemui Nabi dan memintanya untuk menemui Raja Kisra. Ketika mereka sampai di hadapan Nabi dan menyampaikan pesan dari Raja Kisra, Nabi menyuruh mereka untuk menemui beliau esoknya.

Pada saat yang sama, di Persia terjadi pemberontakan besar-besaran terhadap Raja Kisra. Pemberotakan dimotori oleh anaknya yang bernama Syiruyah. Dia bangkit melawan ayahnya untuk merebut kekuasaanya dan membunuhnya. Peristiwa ini terjadi pada malam Selasa, 10 Jumadal Ula tahun ke-7 H. Nabi Saw mengetahui peristiwa tersebut melalui wahyu. Keesokan harinya dua utusan Badzan datang kembali kepada Nabi Saw. Nabi mengabarkan peristiwa yang menimpa Raja Kisra dan kedua utusan tersebut sempat ragu akan kabar yang disampaikan Nabi.

Mendengar penuturan Nabi, mereka langsung menyampaikan kabar tersebut kepada gubernur Yaman (Badzan), juga menyampaikan pesan Nabi mengenai ajakan untuk memeluk Islam. Selang beberapa waktu, datang surat tentang terbunuhnya Raja Kisra di tangan putranya. Dalam surat tersebut Syiruyah mengatakan bahwa gubernur Yaman harus melakukan baiat kepada raja baru. Namun Badzan tidak menjawab surat itu, bahkan mereka justru menyatakan keislamannya pada saat itu juga.

Korespondensi Nabi Saw yang lainnya ditujukan kepada Qaishar, Raja Romawi. Surat disampaikan oleh Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi. Raja Romawi tersebut menyatakan masuk Islam.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button