Pengaruh Korespondensi dalam Dakwah
Berikutnya, korespondensi Nabi disampaikan kepada Al-Mundzir bin Sawa, pemimpin Bahrain, dan surat dibawa oleh Al-Ala’ bin Al-Hadhrami. Hasilnya, sebagian rakyat Bahrain ada yang masuk Islam dan sebagian lainnya menolak untuk masuk Islam.
Korespondensi Nabi Saw berikutnya ditujukan kepada Haudzah bin Ali Al-Hanafi, pemimpin Yamamah. Surat diantar oleh Salith bin Al-Amiri. Haudzah memberikan hadiah yang melimpah dan memberinya kain-kain sutera yang bagus.
Nabi Saw membaca surat balasan dari Haudzah, lalu bersabda, “Jika dia meminta sepetak tanah kepadaku, maka aku tidak akan memberinya. Cukup, cukup apa yang dimilikinya saat ini.”
Namun, setelah Nabi kembali dari penaklukan Makkah, Jibril mengabarkan bahwa Haudzah sudah meninggal dunia. Untuk itu, Nabi Saw bersabda, “Dari Yamamah ini akan muncul seorang pendusta yang membual sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku.”
Selanjutnya, korespondensi Nabi Saw diberikan kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani, pemimpin Damascus. Surat diantarkan oleh Syuja’ bin Wahb dari Bani Asad bin Khuzaimah. Hasilnya, Al-Harits menolak untuk masuk Islam.
Korespondensi Nabi Saw selanjutnya ditujukan kepada Raja Uman, yaitu Jaifar dan saudaranya, Abd kedua anak Al-Julunda. Surat diantarkan oleh Amr bin Al-Ash. Hasilnya, Jaifar dan Abd bin Al-Julunda masuk Islam dan beriman kepada Nabi Saw.
Pelajaran dari Korespondensi
Setelah mengkaji korespondensi Nabi Saw dengan para penguasa sekitar Jazirah Arab, ternyata banyak pelajaran yang kita dapatkan. Berikut ini di antara pelajaran tersebut.
Pertama, pengiriman surat ini menunjukkan bahwa Islam diturunkan untuk manusia seluruh alam. Karenanya, merupakan kewajiban Nabi Saw (dan para penyeru dakwah) untuk mendakwahkan Islam kepada seluruh manusia dengan memanfaatkan media yang efektif.
Kedua, penolakan sebagian penguasa terhadap Islam lebih disebabkan kecintaannya terhadap kekuasaan, kesombongan atau tertekan, bukan karena tidak terima dengan Islam itu sendiri. Setidaknya, surat-surat yang dikirimkan tersebut berhasil memantik pikiran orang-orang kafir dan membuat mereka mengenal Nabi Saw dan Islam.
Ketiga, sebagian penguasa yang menyatakan keislamannya diperintahkan Nabi Saw untuk tetap berada di wilayahnya. Ini menunjukkan bahwa Nabi Saw mempunyai strategi dan taktik yang bagus dan sangat pandai dalam mengatur banyak urusan.
Semoga Allah membimbing kita para penyeru dakwah (dai) agar mampu melanjutkan estafeta dakwah Nabi Saw termasuk dakwah melalui korespondensi. Amin. []
Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.