Pengurus Dewan Dakwah Jatim Bersilaturahim ke Pondok Modern Gontor
Gontor, Ponorogo (SI Online) – Jajaran Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) JawaTimur, Kamis 26 April 2018, bersilaturahim ke Pondok Modern Darussalam Pusat di Gontor sekira sepuluh kilometer di selatan Kota Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Kehadiran “kafilah” Pengurus Wilayah DDII Jawa Timur ini, secara khusus dapat diterima langsung oleh KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH Syamsul Hadi Abdan. Keduanya merupakan dua dari tiga pimpinan utama pengasuh Pondok Modern Gontor. Sedang Dr. KH. Adullah Syukri Zarkasyi, satu pimpinan yang lain, saat itu berhalangan, karena sedang sakit.
Pimpinan Pondok Modern Gontor menerima kehadiran Pengurus Wilayah DDII Jawa Timur di kediaman KH. Hasan Abdullah Sahal. Sedang “kafilah” Pengurus Wilayah DDII Jawa Timur dipimpin oleh Ketua DDII Drs. H. Sudarno Hadi, M.Pd, didampingi KH Fathurrahman Fadli (Sekretaris), Drs. H. Subagio Budianto (Bendahara), Drs. H. Achmad Busyairi Mansyur (Ketua Majelis Syura) dan H. Adang Junaidi (Wakil Bendahara).
Jajaran Pengurus Wilayah DDII Jawa Timur, sejak lama memiliki kedekatan dengan jajaran Pimpinan Pengasuh Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Tampak diantaranya seperti diberitakan Suara Islam Online, yaitu ketika jajaran kepengurusan DDII Jawa Timur periode sebelum ini, menggelar Silarturahmi dan Haflah Idul Fitri 1438 H, di Gedung Al Ikhlas, Takeran, Magetan, Sabtu 28 Syawal 1438 / 22 Juli 2017 siang), KH. Hasan Abdullah Sahal yang memberikan taushiyah utama.
Drs. H. Sudarno Hadi, M.Pd, yang ketika itu masih menjabat Sekretaris DDII Jawa Timur. Pada Silaturahmi dan Haflah Idul Fitri 1438 H tersebut, berbicara mewakili Ketua Wilayah DDII Jawa Timur H. Tamat Anshori Ismail yang tengah sakit. Tergambar ketika itu, kedekatan DDII Wilayah Jawa Timur dengan sejumlah Pondok Pesantren, terutama Pondok Modern Gontor Ponorogo.
“Acara Silaturahmi dan Haflah Idul Fitri ini, sengaja mengambil tempat di dekat Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Pusat di Kota Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan. Karena di tahun 1948, sejumlah 14 pengasuh dan keluarga pengasuh, termasuk Kyai Imam Mursyid Muttaqien, Pimpinan Pengasuh PSM, syahid, dalam peristiwa Pemberontakan PKI,” ungkap Sudarno Hadi.
Musuh Bersama
Sementara dalam kaitan ini, saat terjadi peristiwa Madiun Affair, pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, KH. Abdullah Sahal dan KH. Imam Zarkasyi, dua dari tiga Pempinan dan Pendiri Pondok Modern Gontor (dengan sebutan Tri Murti) yang sudah tertangkap pemerontak dan disekap di penjara kota Ponorogo, juga nyaris menjadi korban. Karena ketika itu, penjara kota Ponorogo sudah akan diledakkan oleh pemberontak dan erhasil digagalkan oleh TNI.
Kedekatan lain, menurut Sudarno Hadi, karena Pondok Pesantren merupakan bagian atau bahkan bentuk dari Dakwah Islamiyah itu sendiri. Sedang kali ini, Dakwah Islamiyah ini menghadapi dua kekuatan besar yang menjadi musuh bersama. Yang pertama adanya kekuatan Komunis, yang hendak membangkitkan kembali PKI. Di wilayah Jawa Timur, paling awal gerakan ini muncul di wilayah Banyuwangi. Ketika itu terdapat kegiatan dengan menghadirkan anak-anak tokoh PKI yang kini menjadi anggota DPR. Acara tersebut berhasil digagalkan.
Kemudian muncul dengan lebih berani secara terang-terangan di wilayah Jember, Malang, Tulungagung dan Pamekesan; diantaranya memunculkan corat-coret gambar lambang partai terlarang PKI, justru di tembok-tembok toilet di sebuah masjid dan di sekitarnya. Bahkan kemudian menjadikan Kota Madiun, sempat dicoba untuk menggelar sebuah acara berskala nasional, namun juga berhasil digagalkan.
“Karena itu, kekuatan Dakwah Islamiyah, khususnya di wilayah Jawa Timur dan Indonesia umumnya, harus mampu membentengi umat dari segala bentuk ancaman Komunis PKI. Kita jangan sampai lengah, karena Komunis Internasional sudah masuk ke negeri kita ini dan menyokong untuk bangkitnya kembali PKI,” kata Sudarno Hadi yang juga aktivis Partai Bulan Bintang (PBB) Wilayah Jawa Timur.
Kekuatan besar ke dua, lanjut Sudarno Hadi, menjunjuk yang menjadi musuh bersama umat Islam bahkan mengancam NKRI, adalah menghadapi tumbuh suburnya kalangan penganut ajaran aliran Syiah.
“Di sejumlah Negara, aliran Syiah menjadi besar, terbukti justru Negara tersebut menjadi kacau balau. Hal demikian karena ada intervensi dari kalangan Syiah,” katanya dengan menyebut di Indonesia, khususnya di Jawa Timur ajaran ini diantaranya paling menonjol muncul di wilayah Sampang, Madura.
Puncaknya, di wilayah itu terjadi pergesekan bahkan timbul konflik berkepanjangan; antara pengikut Syi’ah berhadapan dengan kekuatan penolak kehadiran Syiah, yang justru di antara ke dua belah pihak sebenarnya masih terdapat tali kekerabatan yang dekat. Dalam konflik ini, hingga meminta korban jiwa, pembakaran asset serta pengungsian warga penganut Syi’ah yang merasa terancam.
Rep: Muhammad Halwan.