Peradaban Barat vs Peradaban Islam

- Kenikmatan
Kenikmatan di Barat adalah kenikmatan fisik. Mereka merasa nikmat kalau harta banyak, anak buah banyak, pemuja banyak, atau barang-barang yang dimiliki banyak. Istri mungkin hanya satu, tapi selingkuhan banyak. Nikmat fisik ini juga yang menyebabkan mereka mengeksploitasi tubuh pria dan wanita. Foto atau film porno bagi mereka biasa saja. Yang penting nikmat. Mereka tidak berfikir bahwa kenikmatan yang menyalahi wahyu itu menyebabkan kerusakan bagi manusia. Pertama, hanya melihat-lihat porno saja. Tapi lama kelamaan gejolak seksnya memuncak hingga butuh penyaluran. Penyalurannya pertama mungkin dengan onani, setelah bosan dengan onani ia akan menyalurkannya ke pelacuran. Setelah bosan dengan wanita ia akan menjajal dengan pria atau biseks dan seterusnya. Disitulah maka muncul kemudian seks-seks liar seperti gay, biseks, lesbian, seks dengan binatang, kekerasan dalam seks dan lain-lain.
Dalam Islam kenikmatan didapat dari hubungan dengan Yang Maha memberi kenikmatan, yaitu Allah SWT. Maka mencari ilmu dalam Islam adalah suatu kenikmatan. Makan dan minum agar tujuannya kuat beribadah, adalah suatu kenikmatan. Bahkan hubungan seks yang dihalalkan Al-Qur’an (dalam pernikahan) adalah suatu kenikmatan.
Al-Qur’an dalam surat al Fatihah menyatakan bahwa kehidupan yang diberikan Allah kepada manusia ini adalah suatu kenikmatan. Apapun yang diberikan Allah kepada kita, asal kita bersyukur, maka ia menjadi sebuah nikmat. Islam mengajarkan manusia sabar dan syukur, agar dapat kenikmatan hidup.
Para ulama yang hebat, seperti Ibnu Taimiyah, Sayid Qutb, Buya Hamka, Buya Mohammad Natsir dan lain-lain, meski fisiknya dipenjara, tapi jiwanya tetap merdeka. Mereka merasakan nikmat dari Allah, sehingga mereka tetap bisa menulis dalam penjara.
- Pandangan hidup
Barat memandang bahwa kehidupan di dunia ini adalah segalanya. Tidak ada kehidupan setelah dunia, dalam pandangan mereka. Maka mereka mereguk sepuas-puasanya kenikmatan dunia ini. Meski dengan cara menindas manusia atau bangsa lain. Egoisme di Barat menyebabkan mereka berpandangan bahwa individu itu harus dipuaskan setinggi-tingginya. Mereka yang kalah dalam persaingan hidup biarkan tersingkir (survival the fittest).
Islam memandang kehidupan dunia ini sementara. Kehidupan abadi adalah di akhirat. Meski sementara, kehidupan dunia ini tidak boleh diremehkan. Rasulullah menyatakan bahwa dunia adalah tempat cocok tanam untuk akhirat. Maknanya, di dunia ini beramal sebaik-baiknya, agar nanti dapat memetik hasilnya di akhirat.
Dalam pandangan Islam, manusia di dunia ini adalah khalifah (hamba Allah) yang bertugas memakmurkan bumi ini. Dilarang dalam Islam, melakukan perusakan atau pembunuhan (tanpa alasan yang benar) di bumi ini. Dunia harus diatur bersama manusia agar kehidupan menjadi diridhai Allah, adil dan makmur.
Islam memandang manusia itu makhluk mulia. Tidak boleh dibunuh sembarangan atau dilecehkan sembarangan. Bila ia kafir, tugas kaum Muslim untuk mengislamkannya. Bila ia sudah menjadi Muslim, maka tugas kaum Muslim untuk menjadikan Islamnya menjadi lebih baik. Menjadi Muslim yang shalih, cerdas dan kreatif adalah dambaan setiap Muslim di dunia ini.
- Kebahagiaan
Kebahagiaan sebenarnya mirip dengan kenikmatan. Kebahagiaan dimaknai disini lebih tinggi dari kenikmatan. Kebahagiaan di Barat dimaknai bila seseorang mempunyai kekayaan yang melimpah, jabatan yang tinggi, gelar yang mentereng, status bangsawan, istri yang cantik dan seterusnya.
Dalam Islam kebahagiaan adalah bila seseorang taat kepada Allah dan RasulNya. Al-Qur’an menyatakan,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, dia sungguh mendapat kebahagiaan yang setinggi-tingginya (bahagia di atas bahagia).” (al Ahzab 71)
Hidup ini sebenarnya mencari kebahagiaan bukan kebebasan seperti dalam filsafat Barat. Memang terasa aneh bagaimana orang yang taat kepada Allah dan RasulNya dinyatakan Bahagia di atas Bahagia? Penjelasannya begini. Allah yang menciptakan akal/jiwa manusia, Allah tahu dimana manusia dapat hidup Bahagia. Jadi sebenarnya Allah lah yang memberi kebahagiaan kepada manusia, bukan manusia itu sendiri. Ketika orang dekat dengan Allah -taat kepadaNya- maka akan muncul ketenangan dalam jiwa yang luar biasa. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa mereka yang mendekat kepada Allah, Allah juga akan mendekat lebih dekat lagi. Kedekatan dengan Allah inilah yang menimbulkan kebahagiaan.