Peradaban Barat vs Peradaban Islam

Makanya dalam Islam, kemaksiatan atau dosa itu menimbulkan keresahan. Seorang Muslim yang pernah berbuat dosa, apalagi dosa besar, ia mesti cepat-cepat untuk bertobat agar dirinya merasakan kebahagiaan. Orang yang bertobat akan merasakan kebahagiaan masuk dalam relung hatinya.
Bila dekat dengan Allah menimbulkan kebahagiaan, maka dengan setan/Iblis menimbulkan kegelisahan (jiwa panas). Ini karena Iblis dan setan diciptakan dari api, sehingga selalu menimbulkan gejolak jiwa dalam diri manusia. Maka jangan heran orang yang berbuat dosa besar akan melakukan dosa besar lainnya. Orang musyrik tidak merasa berdosa ketika ia berbuat zina, membunuh manusia dan semacamnya. Bahkan membunuh satu juta manusia ia tidak merasa berdosa, karena jiwanya telah dimasuki syetan/Iblis. Orang yang terbiasa mabuk minuman beralkohol, maka tidak merasa berdosa ketika ia memperkosa perempuan, membunuh atau menyakiti orang lain.
Seorang Muslim dekat dengan air untuk wudhu dan beribadah, seorang kafir/zalim senang dengan minuman keras untuk meredakan gejolak jiwanya. Ia menyangka dengan mabuk akan tenang akalnya, ia tidak sadar dengan mabuk justru akal/jiwanya bergejolak mengikuti bimbingan Iblis/syetan.
Barat juga memandang bahwa kekuasaan adalah ‘kebahagiaan tertinggi’. Dengan kekuasaan itu maka mereka akan mendapatkan kekayaan berlimpah, anak buah yang banyak, pujian dimana-mana, tepuk tangan yang terus menggema dan semacamnya. Maka jangan heran Barat kadang menggunakan segala cara untuk meraih kekuasaan. Ada yang dengan cara membunuh jutaan manusia, ada yang dengan jalan menipu/menfitnah (seperti fitnah Barat bahwa Muslim itu teroris), memaksa dan lain-lain. Dengan kekuasaan itu Barat memandang bahwa mereka bisa menyebarkan ide-ide dan pemikirannya ke seluruh dunia.
Islam memandang kekuasaan itu adalah Amanah dari Allah yang diberikan kepada manusia. Ketika seseorang berkuasa, ia benar-benar menjalankan kekuasaan itu sebaik-baiknya. Kekuasaan digunakan untuk memakmurkan rakyat sebesar-besarnya. Waktunya 24 jam itu digunakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Sejahtera lahir batin. Ia menggunakan dakwah atau jihad untuk menyadarkan rakyatnya akan kemuliaan shalat, pentingnya shalat, pentingnya keluarga yang sakinah dan lain-lain.
Dalam Islam dilarang meraih kekuasaan dengan paksaan (kudeta berdarah misalnya). Kekuasaan dalam Islam diraih dengan jalan musyawarah kaum cendekiawa/ulama. Dipilih pribadi yang terbaik untuk memimpin sebuah negara atau wilayah. Demokrasi liberal tidak ada dalam Islam. Islam mengenal sistem musyawarah atau teodemokrasi, gabungan antara teokrasi dan demokrasi. Demokrasi yang dibatasi dengan nilai-nilai Islam.
- Kepemimpinan Militer
Barat memimpin dunia ini dengan militer. Mereka yang tidak mau takluk, akan dimusnahkan. Tidak peduli korban ratusan ribu atau jutaan orang. Lihat ulah Amerika dan Inggris, tahun 2003 yang meluluhlantakkan negara 1001 malam (Irak), yang korbannya jutaan orang. Lihat ulah Nasrani Amerika, Inggris dan Yahudi Israel yang membangun dan mempertahankan Israel hingga korban ratusan ribu orang. Tahun 1945 Amerika menurunkan bom atom ke Nagasaki dan Hiroshima dengan jumlah korban ratusan ribu orang.
Bagi Barat, dunia harus dipimpin mereka. Mereka merasa ras yang paling hebat untuk memimpin dunia. Dan kepemimpinan paling hebat adalah kepemimpinan militer. Di militer mereka merasa ada soliditas, disiplin dan kepatuhan yang tinggi prajurit kepada rakyatnya. Militer juga dididik berani mati, karena itu mereka berhak memimpin manusia.
Islam memimpin dengan pemikiran. Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan dalam berfikir. Militer memang bagus dalam disiplin, tapi di sisi lain militer seperti perbudakan baru manusia. Karena dalam sistem militer yang sekarang, yang disuruh maju dalam perang adalah prajuritnya. Jenderal-jenderalnya hanya duduk manis di belakang meja memerintahkan para prajuritnya untuk berperang dan siap mati. Para komandannya bermewah-mewah hidup berkelimpahan harta dan ‘perempuan’.
Dalam sejarah manusia, Islam selalu datang memberikan solusi. Para Nabi yang agamanya Islam selalu membimbing rakyatnya ke jalan yang benar. Para Nabi membimbing rakyatnya agar beribadah kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa menjauhi penyembahan pada patung-patung atau dewa-dewa.
Para Nabi sering menghadapi tantangan yang berat. Biasanya menghadapi para penguasa atau tokoh-tokoh bangsawan di negeri itu. Nabi Nuh menghadapi tokoh-tokoh kafir di wilayahnya. Nabi Ibrahim menghadapi Raja Namrudz. Nabi Musa menghadapi Firaun. Nabi Isa menghadapi tokoh-tokoh Yahudi. Nabi Muhammad menghadapi tokoh-tokoh bangsawan Quraisy.
Para Nabi tidak gentar menghadapi para penguasa di wilayahnya. Karena mereka yakin Allah Yang Maha Perkasa akan membantunya. Lihatlah bagaimana Allah membantu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw.