Peradaban Barat vs Peradaban Islam

Mukjizat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Al-Qur’an, adalah mukjizat ilmu. Bukan mukjizat militer. Meski Rasulullah puluhan kali berperang menghadapi kaum kafir, tapi Rasulullah memimpin masyarakatnya dengan Al-Qur’an, dengan ilmu, bukan dengan gaya militer. Rasulullah tidak pernah menyuruh para sahabatnya berperang, sementara Rasul enak-enakan dengan istrinya di rumah. Rasul terjun langsung dengan para sahabatnya berperang dan juga luka dalam menghadapi keganasan kaum kafir.
Di tengah-tengah masa perang dan damai itu, Rasulullah memimpin dengan menyebarkan makna-makna Al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat Arab. Sehingga suatu kali sahabat ‘Muadz bin Jabal’ ketika diutus Rasulullahh untuk berdakwah ke Yaman, Rasulullah bertanya tentang apa bekalmu ke sana. Muadz menjawab Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad.
Dengan kepemimpinan berfikir iskam ini akhirnya umat Islam mencapai kemenangan demi kemenangan. Islam menyebar luas ke seluruh dunia, ketika dakwah belum sampai 100 tahun. Tidak ada dalam sejarah manusia, agama menyebar begitu cepatnya sebagaimana masa Rasulullah dan para sahabat.
Di masa internet ini, kepemimpinan militer telah ditinggalkan. Manusia ingin merdeka dari penindasan bangsa atau orang lain. Mereka ingin merdeka dan hanya tunduk pada Allah, yang menciptakan mereka, semata. Jiwa manusia menjadi merdeka, ketika jiwa tunduk pada Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Allah Maha Mengetahui dimana jiwa manusia menjadi merdeka dan bahagia dalam kehidupan dunia dan setelah dunia. Dalam dunia militer saat ini, para prajurit hanya menjadi budak bagi komandannya. Militer ini bisa dikatakan sebagai perbudakan modern gaya baru.
Al-Qur’an menyatakan,
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha 14)
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran 79)
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir 28)
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. al Baqarah 257)
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (Muslimun)”. (QS. al Baqarah 133)