Peradaban Islam yang Mulia dan Peradaban Barat yang Bobrok

“Islam memimpin dengan pemikirannya,” kata Taqiyuddin an Nabhani pendiri Hizbut Tahrir. Memang peradaban Islam beda dengan peradaban Barat. Bila peradaban Islam memimpin dengan pemikirannya, Barat memimpin terutama dengan militernya.
Lihatlah kapal induk Amerika, saat ini ada dimana-mana. Di Timur Tengah, Asia maupun Eropa. Amerika yang merupakan perwujudan Peradaban Barat menempatkan militer sebagai hal yang utama dalam peradaban. Mereka selalu siap perang. Negara-negara yang menurut mereka ‘bandel’, akan segera diperangi. Tahun 2003 yang lalu, mereka menghajar Irak hingga porak-poranda dan lebih dari satu juta orang terbunuh. Tahun 2023 kemarin, bekerjasama dengan Israel mereka meluluhlantakkan Gaza, Palestina.
Barat sebenarnya peradabannya telah bangkrut. Mereka tidak punya lagi nilai untuk membangun peradaban manusia yang ideal. Ulama besar Sayid Qutb menyatakan, ”Hal ini nampak amat jelas di dunia Barat yang tidak lagi dapat memberikan panutan ‘nilai-nilai’ bagi umat manusia. Bahkan ia tidak lagi memiliki justifikasi yang memuaskan bagi diirnya sendiri untuk terus berhak tampil di dunia, setelah demokrasi di sana telah berakhir dalam suatu kebangkrutan…”
Nilai-nilai Barat memang telah runtuh. Kebebasan yang diagungkannya kini telah rapuh. Gara-gara kebebasan, mereka kini kebingungan mengatasi masyarakatnya yang kecanduan alkohol. Begitu juga mereka kebingungan mengatasi anak mudanya yang kecanduan narkoba dan lain-lain.
Kebebasan seksual menjadikan anak muda mereka banyak yang tidak bermoral. Anak-anak umur belasan tahun banyak yang sudah tidak gadis lagi. Dari kebebasan seksual ini tumbuh perilaku seks yang liar, seperti lesbian, gay dan biseksual. Pornoaksi dan pornografi yang merebak di sana juga menjadikan anak mudanya malas berfikir.
Sayid Qutb yang pernah di sana sekitar dua tahun merasakan kekeringan jiwa dalam masyarakat Amerika. Kehidupan di sana -seperti di Israel- hanya dituntut kerja, kerja dan kerja. Kehidupan spiritual hampir tidak ada di sana. Agama Kristen tidak bisa menjawab kekeringan spiritual di sana. Karena agama ini, khususnya kitabnya, telah banyak dibedah para ahli teologi, banyak cacat dan keliru isinya. Sehingga tidak bisa lagi menjadi pedoman hidup.
Dalam bukunya ‘Maalim fit thariq’ (Petunjuk Jalan), Sayid Qutb menyatakan, ”Oleh karena itu umat manusia memerlukan qiyadah, kepemimpinan yang baru. Kepemimpinan orang Barat terhadap umat manusia hampir berakhir masanya. Bukan karena peradaban Barat telah bangkrut secara materi atau melemah dari segi kekuatan ekonomi dan militer, melainkan karena sistem Barat telah berakhir perannya karena ia tidak lagi memiliki kekayaan nilai-nilai yang membuatnya layak untuk memimpin.”
Nilai demokrasi yang diekspor Barat ke penjuru dunia juga kini terlihat cacatnya. Indonesia yang menganut demokrasi liberal ala Barat, dalam berbagai pemilu, tidak bisa memilih calon yang terbaik untuk menjadi presiden. Pemilu bisa diakali dengan permainan uang. Di Amerika sendiri yang menjadi presiden kini juga dikenal dengan moralnya yang bobrok (Donald Trump).
Dulu sebelum nilai-nilai Amerika memimpin, blok Timur pernah menjadi harapan untuk memimpin dunia. Tapi ternyata blok Timur atau Rusia sama saja bobroknya. Bahkan Uni Soviet lebih dulu negaranya runtuh karena nilai-nilai komunisme atau sosialisme tidak bisa lagi menjadi pegangan bagi manusia. Manusia di manapun di dunia ini kenyataannya memerlukan Tuhan untuk mengatasi problematikanya.
Dalam situasi bobroknya nilai-nilai Barat dan Timur ini, saatnyalah Islam tampil. Peradaban Islam tampil bukan dengan kekuatan militer, ekonomi atau lainnya. Tapi peradaban Islam tampil dengan nilai-nilainya yang mulia. Tampil dengan nilainya yang dijamin pasti dapat menyelesaikan problematika manusia secara mendasar. Ciri dari nilai-nilai Islam adalah: mencerahkan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Karena Islam datang dari yang Maha Menciptakan dan Yang Maha Mengetahui.
Allah SWT berfirman,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar (solusi) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al Isra’ 82)