Permata Ummat Kecam Serbuan Israel terhadap Jemaah Masjid Al-Aqsha
Jakarta (SI Online) – Ganas dan brutal adalah sebutan yang tepat untuk tentara Israel yang menyerang umat Islam Palestina ketika mereka melakukan ibadah sholat di Masjid Al-Aqsha pada bulan ramadhan ini, 1444 Hijriah.
Perilaku penyerbuan bersenjata kepada jemaah shalat tarawih bukan saja termasuk sebagai kejahatan kemanusiaan tetapi dapat dikatakan juga sebagai penistaan, penganiayaan agama dimana secara sistematis tentara Israel memperlakukan jemaah dengan perlakuan yang buruk dan kejam. Hal ini mengundang banyak kecaman dari masyarakat internasional kepada pemerintah Israel.
Upaya menurunkan tensi konflik telah berulang kali dilakukan namun selalu dicederai oleh sikap dan tindakan elit politik Israel yang terus menyulut siklus kerusuhan di Masjid Al-Aqsha. Pemerintah Palestina bahkan telah berpuluh tahun terlibat dalam diplomasi dan perundingan di berbagai Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hingga memberi Palestina status negara peninjau di PBB dan mengakui Palestina sebagai negara.
Oleh karenanya segala sesuatu yang terkait konflik kedua negara ini haruslah diselesaikan pada forum-forum Hukum Internasional. Namun faktanya berbeda, apabila Palestina melakukan pembelaan terhadap diri dan wilayah mereka yang di duduki Israel, Palestina selalu dicap sebagai “bukan negara yang cinta damai”. Berulang kali penyerangan Israel terhadap penduduk Palestina dan Situs Suci Umat Islam Masjid Al Aqsa selalu berakhir dengan penurunan status Palestina di mata PBB.
Sebelum kekacauan melanda Masjid Al Aqsa pada bulan Ramadhan ini, publik internasional melihat bagaimana perilaku elit-elit politik ekstremis Israel menciptakan siklus konflik berkesinambungan. Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menunjukkan sebuah konsep baru Israel yang menguasai Tepi Barat dan Yordania. Smotrich mengatakan bahwa “tidak ada yang namanya Palestina, karena tidak ada yang namanya orang Palestina”.
Dia menunjukkan konsep Israel Raya sebagai kunci dari Zionisme Ultra Nasionalis yang mengklaim semua tanah Palestina untuk negara Zionis Israel. Smotrich memegang kekuasaan atas Tepi Barat oleh pemerintah Israel, mengatakan bahwa negara Israel harus menghapus desa Palestina Huwwara. Stetment ini tampak seperti Smotrich menginginkan adanya Nakba baru di era ini.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itaman Ben Gvir dalam wawancaranya di Channel12 pada akhir pekan meminta agar orang-orang Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsha. Ben Gvir akan memfasilitasi serbuan para pemukim Israel ke Masjid Al-Aqsha. Bertepatan bulan Ramadhan, tentara Israel secara rutin membatasi akses warga muslim Palestina ke Masjid Al-Aqsha. Israel telah melanggar banyak hal salah satunya hak kebebasan melakukan praktik agama umat Islam di Palestina.
Pembatasan ini membuat warga muslim Palestina terpaksa melakukan sholat di luar Masjid Al-Aqsha pada waktu-waktu tertentu, jika mereka beribadah di halaman Masjid Al-Aqsha tentara Israel akan bertindak agresif, seperti yang baru terjadi saat ini dimana lusinan tentara Israel bersenjata memasuki halaman Masjid Al-Aqsha melakukan penyerbuan menembakkan peluru berlapis karet, melemparkan gas air mata dan granat setrum pada Jemaah yang melaksanakan shalat tarawih. Tentara Israel memaksa mereka untuk bubar dan memukul orang-orang yang tidak ingin meninggalkan tempat itu. Pemuda-pemuda Palestina yang melakukan perlawanan akan ditahan dan ditangkap secara paksa.