Pesan Takbiran Presiden: Beda Ucapan dan Kenyataan
Jadi, jika Bapak Presiden berpesan tentang takwa, maka konsekuensinya adalah penerapan Islam kaffah pada skala negara. Agar terwujud masyarakat dan individu yang bertakwa. Dan agar keberkahan dari langit dan bumi akan dirasakan seluruh penduduk negeri ini, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 96.
Selanjutnya Bapak Presiden berpesan tentang menerima segala yang datang pada kita dengan ikhlas, takwa dan tawakal. Baik senang atau sedih, berlimpah atau kekurangan, sulit atau mudah, rumit atau sederhana.
Tidak semua hal yang datang kepada kita membuat kita tak bisa lakukan apapun sehingga cukup menyikapinya dengan ikhlas dan tawakal. Ada hal yang bisa kita upayakan, sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasib mereka sendiri.”
Sekali lagi, perintah Allah SWT tersebut tak cukup dilakukan oleh individu. Perlu peran negara. Kemiskinan dan kebodohan yang melanda sebuah negeri merupakan tanggung jawab pemerintah. Seberapapun kuatnya seseorang bekerja namun sistem kerja yang tidak manusiawi diberlakukan, maka takkan mampu mengubah taraf kehidupannya.
Meskipun sudah mendapat pekerjaan yang layak, namun pendidikan, kesehatan dan semua sektor publik tak dijamin, maka tetap tak bisa menyejahterakan rakyat secara keseluruhan. Hal ini terjadi di sistem kapitalisme yang memberikan kebebasan kepemilikan pada para kapitalis.
Sehingga SDA dikuasai kapital. Pemerintah hanya menarik pajaknya, jelas takkan cukup membiayai sektor publik. Akhirnya, dibiarkanlah sektor swasta yang profit oriented, berkecimpung ke sektor publik.
Inilah yang dinamakan kemiskinan terstruktur yang diciptakan oleh sistem kapitalisme. Kesenjangan ekonomi semakin hari semakin besar. Lebih dari separo kekayaan negeri ini dikuasai oleh satu persen orang kaya. Akhirnya, rakyat hanya dapat debu-debu polusi hasil eksploitasi SDA dan receh rupiah yang tak seberapa. Lalu bagaimana bisa mengubah nasib?
Pesan Takbiran penguasa negeri ini akan mengejawantah dengan sempurna jika di sistem Islam. Sebaliknya, justru hanya jadi rangkaian kata tanpa makna bahkan terjadi ketidaksesuaian, jika masih di sistem kapitalisme. Wallaahu a’lam []
Mahrita Julia Hapsari, M.Pd
Praktisi Pendidikan