Pesantren Husnul Khotimah: “TITIP” dan Asa Meraih Ilmu

Percaya: “Percayalah kepada kami, kepada pesantren ini. Kami di sini, insya Allah, adalah perpanjangan tangan Bapak/Ibu dalam mendidik putra-putri menjadi insan yang berilmu, berakhlak mulia, dan bermanfaat.”
Nasihat “TITIP” ini seperti siraman embun yang menyejukkan hati para wali santri. Mereka mengangguk-angguk, meresapi setiap kata yang disampaikan, seolah menemukan kekuatan baru untuk menjalani fase perpisahan ini.
Empat Puluh Hari Penyapihan
Setelah pertemuan berakhir, satu per satu mobil wali santri mulai meninggalkan kompleks pesantren. Suasana haru kembali terasa, namun kali ini bercampur dengan keyakinan yang lebih kuat. Mereka tahu, ini bukan perpisahan, melainkan awal dari proses pendidikan yang akan membentuk karakter dan ilmu putra-putri mereka.
Selama 40 hari ke depan, para santri baru akan menjalani masa “penyapihan”, sebuah periode adaptasi intensif dengan lingkungan, jadwal, dan aturan pesantren tanpa kunjungan dari keluarga. Ini adalah fase krusial untuk membangun kemandirian dan ikatan persaudaraan antar-santri. Setelah masa itu, barulah reuni penuh kerinduan akan terjadi.
Kedatangan ribuan santri baru di Husnul Khotimah tahun ini bukan sekadar rutinitas tahunan. Ini adalah gelombang baru harapan, energi, dan potensi yang akan mengisi dinding-dinding pesantren, siap dibentuk menjadi generasi penerus yang berilmu, berakhlak, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Sebuah amanah besar yang telah “dititipkan” dengan penuh keikhlasan.[]