Pilihlah Presiden yang Beretika dan Punya Rasa Malu
Sila kedua Pancasila menyebutkan: Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Allah yang manusiawi.
Pertanyaannya apakah selama ini manusiawikah gaji dan upah di negara kita? Manusiawikah infrastruktur jalan, listrik, air, trasnportasi di negara kita? Manusiawikah pelayanan kesehatan kita? Manusiawikah tanggungjawab negara terhadap orang miskin, orang tua, terhadap disabilitas dan sebagainya.
Etika, moral, adab dan akhlak sedikit berbeda defenisi tetapi memiliki maksud dan tujuan yang sama.
Malu adalah sebahagian dari iman sedangkang pemimpin yang tidak beretika adalah pemimpin yang tidak memiliki rasa malu.
Malu memiliki ijazah palsu, malu mempreteli konstitusi dan undang-undang, malu berlagak pintar, malu berbohong data dan fakta, malu berjanji palsu, malu salah guna kuasa.
Malu mencuri duit rakyat melalui korupsi seperti membeli peralatan dari uang negara dengan harga yang jauh di atas harga biasa.
Malu berhutang untuk negara untuk tujuan sesuatu yang tidak membawa manfaat pada negara dan justru mewariskan hutang yang menyusahkan masa depan anak cucu kita.
Malu melakukan perbuatan jahat, tidak beretika dan yang paling jahat adalah pemimpin yang tidak malu berlaku zalim sewaktu menjadi pemimpin.
Etika menurut Kamus DBP adalah prinsip moral atau nilai-nilai akhlak yang menjadi pegangan individu.
Menurut Socrates Etika adalah memahami dan melaksanakan konsep serta prinsip moral yang berkaitan dengan benar atau salahnya sesuatu.
Menurut Aristotle dalam bahasa mudahnya adalah seorang yang sesuai kata dengan perbuatannya.
Menurut Thomas Aquinas etika adalah sebuah kebiasaan yang tidak dibuat-buat, pencitraan atau bahasa pasarnya, memang dari sononya dia baik.