Piramida Politik Dinasti yang Mematikan Demokrasi
Hingga sekarang masih bercokol dan berkuasa memimpin partai melegenda dan besar dalam sejarah, PDIP.
Meskipun pada konstestasi di Pilpres 2024 ini, tidak ikut me-legacy turunannya melegimatimasi kekuasaannya kepada putrinya Puan Maharani sebagai capres.
Toh PDIP malah telah melahirkan Jokowi yang kemudian melompat ke KIM yang di sana Jokowi yang dengan segala keuntungan privilisnya—ntah PS itu hanya sebagai bonekanya saja, dan atau terkait usia lanjut PS yang memungkinkan akan berhalangan. Sehingga, Gibranlah yang akan dipersiapkan sebagai kader penggantinya—yang jelas PDIP itu telah menjadi “jembatan emas”bagi petualangan politiknya hingga terbentuk politik dinasti Jokowi itu.
Jika itu bukan suatu dramaturgi politik berkepuraan, boleh jadi di ujung muaranya akan menjadi babak baru bakal tajamnya perseteruan antara eks ibu suri dan eks petugas partai itu. Seperti telah ditunjukkan dalam kampanye politik konstestasi di Pilpres 2024 yang banyak berseberangan.
Dan dalam segitiga piramida dinasti politik Jokowi itu berada di kaki sudut sebelah kiri. Sesuai dengan ideologi, paradigma dan aras serta instrumen politiknya yang ke arah cenderung ke nasionalisme kekiri-kirian.
Sedangkan, politik dinasti yang berada di titik sudut kaki segitiga piramida sebelah kanan bercokol kekaisaran keluarga SBY dengan representasinya AHY.
Yang ketika masih berada dalam satu koalisi bersama Nasdem dan PKS —-karena keinginan ambisi kekuasaannya menjadi cawapres Anies Baswedan —sempat membuat kegoncangan gempa yang cukup besar di tubuh koaliasi itu.
Untungnya, AHY dan PD hengkang, berganti dengan kehadiran PKB yang kemudian membuat koalisi baru perubahan itu menjadi yang benar-benar bersih dari segala kegamangan dan keruwetan kepentingan politik dinasti itu.
Jadi, di tengah transisi kepemimpinan demokrasi di Pilpres 2024 ini alangkah baiknya bisa dijadikan pula sebagai upaya pemulihan demokrasi Indonesia yang seutuhnya.
Dikarenakan demokrasi kita itu tengah terperangkap dalam segitiga piramida politik dinasti yang cepat atau lambat akan mematikan perikehidupan politik demokrasi itu.
Dan jikalau kita mau jujur dan adil, sikap fairness bagi dan demi kepentingan pemulihan demokrasi itu sesungguhnya hanya berada di pundak dan di tangan kepemimpinan Amin yang tengah mengagendakan perubahan dan perbaikan Indonesia. Yang mana substansinya sesungguhnya adanya keinginan dan harapan yang sangat besar untuk mengembalikan kekuasaan tertinggi itu kepada kedaulatan rakyat. Sekaligus, terhadap marwah, harkat dan martabatnya.
Maka, kemenangan Amin di konstestasi Pilpres 2024 itu, adalah suatu keharusan, suatu keniscayaan dan suatu ke terwujudkan dari suatu pilihan menjadi jalan satu-satunya demi kebaikan rakyat, bangsa dan negara saat ini serta ke depan! Wallahu a’lam Bishawab.
Mustikasari-Bekasi, 6 Februari 2024
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan