Pj Gubernur DKI Ugal-ugalan, Pengamat: Tak Paham Persoalan Jakarta
Jakarta (SI Online) – Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai kepemimpinan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, ugal-ugalan.
Ia mencontohkan, tak berapa lama usai menjabat, Heru langsung mencopot Dirut MRT Jakarta Mohamad Aprindy tanpa adanya penjelasan dan proses evaluasi.
“Saya melihatnya, secara kepemimpinan ugal-ugalan. Secara objektif, saya sebagai pengamat, sebagai akademisi melihatnya ugal-ugalan,” kata Ujang dikutip dari Tempo.co, Senin (07/11/2022).
“Kenapa ugal-ugalan? Dirut MRT Jakarta, misalkan tanpa dievaluasi terlebih dahulu, tanpa dilihat kesalahannya dulu, belum lama Heru dilantik, lalu dicopot,” lanjut Ujang.
Ujang menilai, Heru Budi ugal-ugalan, tidak terkonsep, dan tidak jelas karena untuk mengubah birokrasi dan mengganti pimpinan suatu organisasi memiliki prosedur.
“Birokrasi juga dirotasi. Ini menandakan bahwa kepemimpinannya ugal-ugalan, tidak terkonsep, tidak jelas. Semestinya, birokrasi, BUMD, itu kan dicek dulu, dinilai dulu, dilihat dulu, dievaluasi dulu secara menyeluruh apa kekurangannya, apa kelebihannya, untung atau rugi,” ujarnya.
Menurutnya, sikap Heru yang mengganti orang pilihan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Anies Baswedan, tersebut tidak seharusnya dimiliki seorang pemimpin.
“Dari hasil evaluasi, bolehlah mengganti. Ini, kan ‘hajar’ aja karena mungkin bukan orang dia, orangnya Anies, Gubernur sebelumnya, makanya ‘disikat’, ‘dihabisi’. Ini yang tidak boleh,” kata dia.
Mestinya, Heru melanjutkan hal yang bagus, mengevaluasi hal-hal yang jelek yang ada pada kepemimpinan sebelumnya.
“Mengevaluasi juga standarnya, ada parameternya, ada ukurannya,” ucapnya.
“Mengganti orang, mengganti birokrasi maupun di BUMD, itu kan ada standarnya, ada ukuranya, ada parameternya dan harus dilihat bersama, dinilai bersama bukan atas sikap orang, like or dislike. Orang, kan harus ketahuan dulu kesalahannya apa, baru diganti,” imbuhnya.