PKS dan Tantangan Menjaga Kepercayaan Simpatisan
PKS memiliki dua kelompok utama pendukung: kader dan simpatisan. Kader adalah kelompok kecil yang loyal, terorganisasi, dan terikat secara struktural dengan partai. Namun, simpatisan, yang jumlahnya jauh lebih besar, memilih PKS karena prinsip yang diusung partai, bukan karena keterikatan struktural. Pada Pemilu 2019, PKS meraih 11,4 juta suara. Dari jumlah ini, sebagian besar adalah simpatisan.
Artinya, kepercayaan simpatisan adalah fondasi elektoral PKS. Mereka bisa dengan mudah beralih jika merasa nilai-nilai yang diperjuangkan partai sudah tidak lagi relevan atau tidak konsisten.
Blunder Politik dan Dampaknya
Keputusan Dewan Syuro PKS untuk tidak mendukung Anies Baswedan di Pilkada DKI, atau langkah-langkah yang dianggap “merapat” kepada kekuasaan, menimbulkan persepsi negatif. Banyak simpatisan merasa bahwa langkah ini bertentangan dengan prinsip partai yang selama ini kritis terhadap pemerintah.
Bagi simpatisan, PKS adalah simbol perjuangan yang teguh di tengah arus pragmatisme politik. Ketika PKS terlihat mengambil langkah yang dianggap tidak konsisten, simpatisan mulai meragukan komitmen partai terhadap perjuangan nilai-nilai Islam dan keadilan. Jika ini tidak segera dikoreksi, PKS menghadapi risiko serius: kehilangan suara signifikan pada Pemilu 2029.
Momentum Introspeksi
Situasi ini harus menjadi momentum introspeksi bagi para petinggi PKS. Mereka perlu memahami bahwa simpatisan mendukung PKS bukan karena sekadar strategi politik, tetapi karena prinsip yang diperjuangkan. PKS harus kembali kepada identitasnya sebagai partai yang konsisten memperjuangkan keadilan dan nilai-nilai Islam.
Beberapa langkah koreksi yang perlu dilakukan meliputi:
Pertama: Menegaskan Konsistensi Politik.
PKS harus menunjukkan bahwa partai tetap teguh sebagai oposisi yang kritis namun konstruktif. Sikap tegas ini penting untuk membangun kembali kepercayaan simpatisan.
Kedua: Mendengar Aspirasi Simpatisan.
PKS perlu membuka dialog dengan simpatisan untuk menjelaskan alasan-alasan di balik keputusan politik, sekaligus mendengar masukan mereka.
Ketiga: Mengusung Tokoh Visioner.
Pemilu 2029 menjadi momen penting untuk menunjukkan arah baru dengan mengusung tokoh-tokoh yang merepresentasikan nilai-nilai PKS dan dekat dengan rakyat.
PKS Harus Kembali ke Jalur Perjuangan
PKS memiliki modal besar berupa basis simpatisan yang percaya pada prinsip-prinsip partai. Namun, kepercayaan ini tidak bisa dianggap remeh. Setiap keputusan politik harus dilihat dari dampaknya terhadap persepsi simpatisan.
Jika PKS mampu memperbaiki langkah dan kembali ke jalur perjuangan yang benar, simpatisan akan kembali memberikan dukungan. Namun, jika inkonsistensi ini terus berlanjut, PKS menghadapi risiko menjadi partai yang kehilangan identitas dan relevansi.
Pemilu 2029 akan menjadi ujian besar bagi PKS. Mampukah partai ini menjaga kepercayaan simpatisan? Ataukah PKS justru akan kehilangan momentum karena gagal memahami aspirasi pendukungnya? Jawabannya ada di tangan para petinggi PKS dan bagaimana mereka mengambil langkah koreksi sejak hari ini.[]
Dr. Firmanullah Firdaus, S.E, M.Kom, CWC