SUARA PEMBACA

PNS Diganti Robot, Ilusi Kemajuan Bangsa?

Islam memandang bahwa kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain; kesejahteraan setiap individu, terciptanya ketenangan-stabilitas dan juga dilihat dari tingginya peradaban bangsa tersebut.

Pada masa Dinasti Umayyah, khalifah yang paling terkenal kesuksesannya dalam melakukan pemerataan kesejahteraan adalah Umar bin Abdul Aziz. Ketika diangkat menjadi khalifah, Umar serta-merta menyerahkan harta kekayaan pribadi dan keluarga yang dia peroleh secara ‘tidak wajar’ (misalnya, hadiah penguasa) kepada baitul mal.

Umar naik takhta ketika kondisi kesejahteraan umat tidak stabil. Karena itu, Umar bin Abdul Aziz lebih memprioritaskan pembangunan dalam negeri. Ia melakukan perbaikan dan peningkatan kesejahteraan di kawasan Islam, alih-alih melakukan perluasan wilayah.

Umar juga membuat aturan takaran dan timbangan untuk meminimalisasi kecurangan serta mengurangi beban pajak. Umar bin Abdul Aziz mereformasi sistem perpajakan supaya tagihan pajak kepada rakyat kecil tidak terlalu tinggi.

Di sisi lain, ia memberikan hukuman kepada pejabat yang berlaku tidak adil. Dalam bidang pertanian, Umar bin Abdul Aziz melarang penguasaan lahan oleh salah satu pihak. Ia mengatur sewa tanah sesuai dengan tingkat kesejahteraan petani.

Adiwarman Azwar Karim dalam “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” menjelaskan, pengalokasian subsidi kepada masyarakat berdaya beli rendah sebagai tujuan distribusi zakat terus ditingkatkan pada masa Umar.

Adapun dari sisi keamanan dan ketenangan, kita dapat berkaca pada metode pemerintahan Umar bin Khattab. Yang dilakukan Umar adalah berpatroli pada malam hari. Ia sangat memerhatikan keamanan Madinah. Ia tidak mengizinkan para sahabat terkemuka keluar dari Madinah, karena merekalah orang-orang penting yang setiap saat diajak bermusyawarah dalam urusan-urusan umat. Keadilan pun menyebar, sampai-sampai utusan Kisra (kaisar Persia) berkata ketika melihat Umar tidur di bawah pohon, padahal dia adalah Amirul Mukminin, “Engkau memimpin dengan adil sehingga merasa aman dan bisa tidur dengan tenang”.

Dari segi kemajuan peradaban, zaman keemasan Islam adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya yang luar biasa pesat.

Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi hingga abad 13 Masehi. Banyak ahli sejarah yang punya pendapat bahwa periode ini juga ditandain sama waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750 — 1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar di dunia pada saat itu.

Pada periode yang cukup panjang ini (sekitar 500 tahun), bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di muka bumi yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dari mulai Eropa, China, India, semuanya salut dengan kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi peradaban manapun pada masa itu.

Dengan demikian, kemajuan bangsa semestinya tidak diukur dengan sekedar pencapaian fisik dan kemajuan teknologi yang digunakan. Semestinya menggunakan ukuran dasar sebagaimana direkomendasikan Islam, berupa tercapainya tujuan bernegara yaitu menyejahterakan setiap individu, terciptanya ketenangan-stabilitas dan meninggikan peradaban. Wallahu a’lam

Diana Nofalia, S.P., Aktivis Muslimah.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button