Polemik Sengit A. Hassan dan Natsir dengan Sukarno Soal At-Taturk
A. Hassan menjelaskan, ”Bukan begitu dengan Islam. Islam satu agama yang cakap dengan sepenuh-penuhnya mengurus dunia dan akhirat. Sudah dibuktikan dari zaman Nabi sampai beberapa abad..” Terkait urusan agama yang menurut Sukarno tidak perlu diatur oleh negara, A. Hassan menegaskan, ”Bagaimana satu agama, satu peraturan, bisa subur kalau tidak ada pelindungnya?”
Demikian polemik antara A. Hassan dan Natsir dengan Sukarno terkait dengan Kemal At-Taturk yang dijadikan kiblat oleh Sukarno untuk melakukan “re-thinking of Islam”. Padahal, sejarah mencatat bagaimana kelamnya kehidupan kaum muslimin di Turki, ketika At-Taturk yang merupakan seorang Freemason dari Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement), memberangus ajaran-ajaran Islam dan simbol-simbol Islam.
Jika saat ini ada wacana menjadikan Mustafa Kemal At-Taturk sebagai nama jalan di Jakarta, wilayah yang mayoritas Muslim, ibu kota dari negara muslim terbesar di dunia, maka wajarlah jika ini kembali memicu polemik dan kegaduhan di masyarakat. Dalam hal ini, sudah seharusnya pemerintah peka dan menghargai perasaan umat Islam.
Arta Abu Azzam, Penulis Buku “Belajar dari Partai Masjumi”