Politik Islam (Masih) Dimarginalkan, Kenapa?

Selain itu, banyak tokoh Islam yang terjebak dalam politik praktis, yang berfokus pada keuntungan jangka pendek, sehingga mengabaikan cita-cita besar Islam dalam membangun negara yang adil dan makmur.
Partai-partai Islam di Indonesia memang memiliki potensi untuk menjadi wadah bagi aspirasi umat Islam. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka yang semakin kehilangan identitas ideologis Islam yang jelas. Sebagian besar partai Islam cenderung terjebak dalam politik pragmatis, berusaha meraih dukungan dengan berbagai cara, termasuk berkoalisi dengan partai sekuler yang tidak memiliki kesamaan visi dengan prinsip-prinsip Islam.
Seiring berjalannya waktu, banyak partai Islam yang lebih fokus pada kekuasaan dan jabatan politik daripada pada perjuangan untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kebijakan publik. Ini menjadi tantangan besar bagi umat Islam yang menginginkan partai-partai Islam yang tidak hanya mencari kekuasaan semata, tetapi juga memperjuangkan tegaknya ajaran Islam sehingga diperoleh kebaikan dan kemaslahatan umat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Dakwah Politis tanpa Kekerasan
Nabi Muhammad Saw memberikan contoh dakwah yang penuh hikmah dalam menghadapi perbedaan, bahkan dalam konteks politik. Dakwah beliau (terutama ketika sebelum hijrah) tidak pernah menggunakan kekerasan atau paksaan untuk mengubah sistem yang ada, melainkan dengan pendekatan yang penuh kebijaksanaan dan argumen yang kuat.
Begitu juga dengan politik Islam di Indonesia, seharusnya dakwah politis tanpa kekerasan menjadi jalan untuk meraih tujuan yang lebih besar: mewujudkan negara yang berdasarkan tauhid, keadilan, kemakmuran, dan keberkahan untuk seluruh rakyat.
Politik Islam seharusnya dapat menjadi sarana untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya moralitas dalam berpolitik, serta mengajak mereka untuk selalu mengedepankan prinsip-prinsip Islam dalam pengambilan keputusan politik dan sosial.
Melalui dakwah politis yang santun, umat Islam dapat mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita negara yang berdasarkan pada nilai-nilai agama (Islam), tanpa harus terjebak dalam persaingan politik yang merusak.
Kesimpulan
Refleksi 80 tahun kemerdekaan Indonesia menunjukkan bahwa meskipun umat Islam memiliki peran yang sangat besar dalam merebut kemerdekaan, perjuangan mereka dalam politik Indonesia pasca-kemerdekaan masih belum sepenuhnya tercapai.
Partai-partai berbasis Islam perlu mengembalikan identitas ideologis mereka dan lebih fokus pada perjuangan untuk menegakkan keadilan berdasarkan pada ajaran Islam, bukan hanya sekadar meraih kekuasaan. Termasuk fokus pada pembinaan umat agar kesadaran bahwa ajaran Islam wajib diamalkan secara menyeluruh melalui kekuasaan hendaknya menjadi prioritas yang harus dilakukan, di sepanjang waktu, dan bukan hanya menjelang hajatan pemilu.
Dakwah politis tanpa kekerasan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, adalah jalan yang harus diambil untuk mewujudkan negara yang sejahtera, adil, dan makmur dalam naungan ridha Allah SWT bagi semua rakyat Indonesia, baik muslim maupun non muslim. Wallahu a’lam.[]
SA Syukur, Forum Sinergi Muslim.