Politik Islam Perlu Dijelaskan di Setiap Khutbah
Bogor (SI Online) – Cendikiawan Muslim Prof Dr KH Didin Hafidhuddin meluruskan persepsi bahwa politik itu kotor sehingga tidak boleh dikaitkan dengan agama, bahkan tidak boleh dibahas di masjid.
Menurutnya, yang dilarang itu politik praktis yang menghalalkan segala cara dan semata-mata mencari kekuasaan untuk tujuan tidak baik.
Seharusnya, kata Kyai Didin, politik dimanfaatkan untuk kebaikan. “Islam itu mengajarkan politik, dalam setiap doa kita selalu membacakan agar para pemimpin dijadikan orang-orang yang bertakwa, itu politik,” jelasnya saat kajian tafsir di Masjid Al Hijri II Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Kota Bogor, Sabtu (21/4/2018).
Nabi Muhammad SAW membangun masjid tidak hanya untuk ibadah, tetapi semua masalah keumatan termasuk soal politik itu dibahasnya di masjid. “Bahkan ketika beliau dan para sahabat hijrah, itu juga bagian dari politik, siyasah,” tuturnya.
Terkait kepemimpinan, kata Kyai Didin, umat Islam harus memilih pemimpin yang suka berjamaah ke masjid. “Karena shalat itu sangat mendasar, rugi kalau punya pemimpin yang tidak mengerti Islam,” jelasnya.
Menurut Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ituPolitik Islam Harus Dijelaskan di Setiap Masjid, melarang bicara politik di masjid adalah bagian dari sekulerisasi. Masjid hanya dianggap untuk kesolehan pribadi, tidak boleh bicara tentang kepemimpinan.
“Padahal umat Islam penting mendapatkan kekuasaan, karena itu akan mempercepat jalannya kebaikan. Kalau nasihat berpadu dengan kekuasaan akan terjadi akselerasi yang dahsyat,” ungkap Kyai Didin.
Oleh karena itu, lanjut Kyai Didin, dalam setiap khutbah perlu dijelaskan tentang politik Islam. “Umat harus memilih pemimpin yang berpihak kepada Islam serta cinta kepada bangsa dan negara,” tandasnya.
red: adhila