Politik Tong Sampah
Seperti diungkapkan oleh Rocky Gerung, biarkanlah atau dorongkan sajalah toh sudah terperosok dan terkompresi oleh kelembaman udara sehinggar sampah-sampah itu membusuk dengan sendirinya.
Dan betapa sangat ironis malah!
Sampah politik dan atau politik sampah itu dipertontonkan dalam dramaturgi di panggung politik nyata dan sosial media: sama sekali tak beretika bertelanjang bulat dengan ada tanpa rasa malu. Bahkan, sangat jauh dari nilai kepatutan, kesantunan, apalagi kepanutan.
Arah panjang dramaturgi keserakahan politik kekuasaan itu pun menemui momentumnya berakhir tragis:
Dari sekian tumpukan sampah-sampah politik perbuatan mereka itu tak terelakkan semakin terjadi pembusukan.
Kemudian, menjelma menjadi politik sampah paling memalukan dan memilukan bersandingnya Gibran jadi Cawapres Prabowo.
Melalui kehinaan “Mahkamah Khianat” yang terlahir dari betapa kotornya politik dinasti antara keluarga yang menjabat jabatan tinggi Presiden dan pimpinan MK. Alias, “Mahkamah Keluarga”.
Maka, yakinlah! Jokowi dan para boneka, kroni dan koloninya itu akan tersungkur jatuh di momentum transisi demokrasi di Pilpres 2024 nanti.
Seluruh rakyat di akar-akar rumput telah bangkit untuk berpindah haluan menginginkan perubahan.
Terutama, terwujudnya Indonesia yang lebih baik, setara dan adil untuk semua.
Yang setelah sekian lama menghilang tak terasa di segala sendi perikehidupan rakyat.
Jadi pahami dan sadarilah secara tulus ikhlas siapakah calon Presiden dan wakil Pesiden yang seharusnya dipilih? []
Mustikasari-Bekasi, 29 Oktober 2023
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan