Politisi PKS Kritik Kementerian P3A, Mengapa?
“Secara big picture, persoalan terkait isu perempuan dan anak ini sangat melimpah. Misalnya saja isu KDRT, kejahatan seksual, dan masih ada banyak lagi. Artinya, akan sangat sulit bagi kementerian untuk menggarap semua isu tersebut hingga tuntas sepenuhnya dengan masa kerja Menteri yang terbatas. Dengan demikian, akan jauh lebih efektif apabila saat ini mulai dipetakan mana persoalan primer dan mana persoalan sekunder,” tuturnya.
“Cari yang mempunyai daya ungkit dan menjadi game changer. Setelah terpetakan, program yang relevan kemudian bisa disusun, dengan penekanan pada program yang mesti berdampak riil dan manfaatnya terasa bagi masyarakat,” tuturnya.
Lebih lanjut, Bukhori mengusulkan supaya Kementerian P3A memperkuat upaya advokasi pada peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia), khususnya terkait pengembangan kualitas hidup masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ia meyakini, peningkatan IPM, khususnya pada aspek pendidikan, akan berkontribusi positif pada pengentasan pelbagai persoalan lain.
“Ketika perempuan memiliki pendidikan tinggi dan memadai, pasti isu kekerasan tidak akan terjadi. Begitupun dengan isu KDRT, kekerasan seksual, dan lainnya. Dengan demikian, kementerian ini harus mengambil peran lebih jauh dalam menghadirkan akses pendidikan yang inklusif, terjangkau, dan berkualitas bagi perempuan dan anak. Dan saya melihat bahwa daya ungkit ini terletak pada isu advokasi IPM,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, Ketua DPP PKS ini juga mendorong Kementerian P3A bekerjasama dengan Kementerian Sosial untuk menginisiasi program graduasi. Program graduasi adalah program pemberdayaan keluarga penerima manfaat bantuan PKH dari pemerintah yang didorong untuk menjadi kelompok mandiri secara sosial-ekonomi sehingga lepas dari ketergantungan bantuan pemerintah.
“Kementerian P3A belum memiliki program graduasi. Sebagai contoh, Kemensos mencanangkan 40% graduasi dalam setahun. Jika jumlah PKH 10 juta kemudian dikalikan 40%, maka akan ada 4 juta graduasi (lulusan). Bayangkan bila program ini bisa diadopsi ke dalam program Kementerian P3A kemudian disinergikan dengan koperasi dan UMKM untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Saya yakin, mereka akan menjadi tulang punggung ekonomi bangsa melalui treatment yang tepat dari pemerintah.
red: a.syakira