Prabowo, Antara Harapan dan Kecemasan
Saat itu Prabowo merasa janggal dengan kelakuan Benny yang cenderung Islamofobia. Di zaman Benny lah umat Islam banyak menderita. Tragedi Aceh, Lampung, Tanjung Priok dan lain-lain terjadi di masa Benny ‘berkuasa’. Prabowo protes dengan semuanya itu. Sehingga akhirnya ia difitnah dan dianggap turut andil dalam kerusuhan Mei 1998. Ia kemudian dicopot dari jabatan militernya karena dianggap terlibat dalam penculikan aktivis reformasi 1998. Ia kemudian ke luar negeri dan banyak menghabiskan waktunya di Yordania. Ketika Megawati jadi presiden, Prabowo kemudian dipanggil kembali ke tanah air.
Tahun 2008, Prabowo bersama Fadli Zon, Hashim dan lain-lain membentuk Partai Gerindra. Tahun 2009, Prabowo maju sebagai cawapres mendampingi Megawati sebagai capres. Tapi pasangan ini keok dikalahkan SBY-JK dengan suara sekitar 60%.
Tahun 2014 dan 2019, Prabowo maju lagi sebagai capres. Tahun 2014 bergandengan dengan Hatta Rajasa dan tahun 2019 bergandengan dengan Sandiaga Uno. Dalam dua pemilu itu, ia pun kalah telak dikalahkan capres Jokowi. Padahal saat itu mayoritas tokoh-tokoh Islam di tanah air mendukung Prabowo.
Harapan dan Kecemasan
Kehidupan Prabowo yang banyak dilewati di dunia Barat, diharapkan Prabowo menjadi Muslim yang demokrat. Prabowo diharap menjadi seorang demokrat yang tidak menindas umat Islam dan melindungi umat non Muslim. Ia diharap menerapkan demokrasi proporsional, berlawanan dengan pendahulunya Jokowi yang cenderung bertindak tiranik. Banyak kebijakan Jokowi yang merugikan umat Islam, seperti menangkapi aktivis dan dai-dai yang menyerukan keislaman dan keadilan. Di samping kebijakan luar negerinya yang pro-China, menjadikan banyak tenaga kerja China migrasi ke Indonesia.
Inner circle Prabowo memang beda dengan Jokowi. Bila Jokowi banyak aktor-aktor Islamofobia yang mengelilinginya, Prabowo tidak. Bermacam-macam orang dengan perbedaan ideologi mengelilingi Prabowo.
Sehingga Anies Baswedan yang mengaku kalah dalam pemilu 2024 ini, mengakui Prabowo sebagai seorang patriot. Ya Prabowo berkali-kali menorehkan prestasi sebagai seorang patriot sejati. Potret Jenderal Sudirman yang digantungkan dekat meja kantornya (rumahnya), adalah bukti bahwa ia ingin meniru jiwa kepahlawanan Jenderal Sudirman yang hingga akhir hayat membela tanah air melawan penindasan penjajah Belanda.
Kecemasan publik bila Prabowo presiden, ialah karena ia produk pemilu yang tidak bersiih (curang). Tentu ia tahu hal itu dan terkesan menikmatinya. Di samping itu kegagalan proyek Food Estate menunjukkan Prabowo bukan seorang manajer yang baik.
Selain itu, publik mengkhawatirkan sikap emosional Prabowo yang kadang tidak terkendali. Ia sering menggebrak-gebrak meja bila marah. Dikhawatirkan itu akan terjadi pada sidang kabinet yang nanti sering ia pimpin.
Walhasil, Prabowo punya plus dan minus. Intelektualnya plus, tapi emosionalnya kadang-kadang minus. Semoga nanti ketika ia menjadi presiden bisa mengerem emosinya dan ia bisa menerapkan keadilan di Indonesia.
Umat Islam di tanah air hanya berharap mereka tidak ditindas lagi. Mereka diberikan kesempatan yang sama untuk membangun negeri ini.
Sebagai seorang Muslim demokrat Prabowo diharapkan tidak mengecewakan umat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini. Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik Islam.