Prabowo: Antara Kecaman dan Pujian

Badiul Hadi, seorang ekonom mengatakan pemerintah “sebenarnya tidak siap” menjalankan MBG karena ada penurunan anggaran per porsi. Dari awal direncanakan Rp17.500 turun ke Rp15.000, kemudian ke Rp10.000. Rocky Gerung mengkhawatirkan pemangkasan anggaran yang dilakukan untuk memuluskan MBG, akan berdampak terhadap ekonomi daerah. Dan ini sekarang terjadi.
Untuk tahun 2026, anggaran MBG diperkirakan lebih dari Rp300 triliun. Saiful Mujani, Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta mengkritik bahwa MBG dipukul rata ke semua wilayah/anak sekolah, bukan hanya mereka yang sangat membutuhkan. Ia mempertanyakan apakah proyek ini justru menjadi alat politik, bukan semata-mata program kesejahteraan publik. Ia mengungkap kekhawatiran bahwa pemerintah “ngejar target untung untuk kroni” melalui MBG. Kritikan juga mengalir karena pemerintah lebih memperhatikan makanan, daripada kesejahteraan guru, kualitas guru, prasarana sekolah dan lain-lain.
Kebijakan Prabowo menganugerahkan tanda kehormatan kepada 141 tokoh dalam rangka peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia lalu, juga banjir kritikan.
Rocky Gerung menilai pemberian penghargaan tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan politik ketimbang kontribusi nyata terhadap bangsa. Wiranto dan A.M. Hendropriyono yang diberikan penghargaan juga dianggap kontroversial, karena keterlibatan mereka dalam pelanggaran HAM di masa lalu.
Selain itu, pemberian penghargaan kepada tokoh-tokoh politik seperti Puan Maharani, Ahmad Muzani, dan Zulkifli Hasan juga dipertanyakan. Kritikus menilai bahwa langkah ini berpotensi memperkuat dominasi politik tertentu dan mengurangi independensi lembaga negara.
Di tengah-tengah pujian dan kecaman kepada Prabowo, Habib Rizieq menyatakan dukungannya kepada Prabowo karena telah mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menkopolkam Budi Gunawan. Menurut Habib, Sri Mulyani adalah tukang palak dan senangannya terus menerus memalak masyarakat. Sedangkan Budi Gunawan, menurutnya terlibat dalam pembunuhan enam laskar FPI di KM 50.
Walhasil, menarik melihat sikap dua tokoh Islam senior terhadap Presiden Prabowo. Yaitu Habib Rizieq Syihab dan Profesor Amien Rais. Keduanya bersikap pertengahan, apresiatif dan kritis. Atau dengan kata lain berprinsip amar makruf nahi mungkar. Hal-hal makruf yang dilakukan presiden, perlu didukung dan hal-hal mungkar yang dilakukan presiden, perlu dkritisi. Sebagai rakyat, jadilah ‘watchdog’ untuk presiden, jangan jadi pak Turut. Wallahu alimun hakim. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.