Prabowo dan Islam
Nampaknya Habibie ‘mendapat informasi’ dari Sintong Panjaitan dan Wiranto tentang ulah Prabowo. Bahkan Prabowo saat itu juga dituduh mengkudeta Presiden Habibie (mantan Ketua Umum ICMI). Lebih lanjut bisa dibaca buku “Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal”, karya Ade Ma’ruf.
Perseteruan Prabowo dan Wiranto saat itu memang tajam. Wiranto mungkin merasa khawatir jabatannya terancam dengan semakin populernya Prabowo di mata Presiden Soeharto dan Umat Islam. Hingga akhirnya Wiranto ‘ikut mendukung’ gerakan mahasiswa ‘kiri’ yang mengepung gedung DPR, yang tujuannya jelas-jelas untuk melengserkan Soeharto.
Prabowo protes ke Wiranto mengapa mahasiswa malah digerakkan ke Gedung DPR/MPR di Senayan. Pertanyaan atau protes Prabowo itu ditimpali Probosutedjo, ”Mereka kan tambah kuat dan seenaknya.” Wiranto menjawab, ”Kalau tidak dikumpulkan, mereka bisa melakukan kekerasan di jalanan dan itu membuat situasi tambah kacau.”
Perseteruan Wiranto dan Prabowo memuncak ketika Wiranto ‘berhasil melobi’ keluarga Soeharto tentang ‘kejelekan Prabowo’. Ketika Prabowo masuk ke rumah keluarga Soeharto, ia mengira dapat pujian, karena berhasil ‘mengatasi kerusuhan di gedung DPR’.
“Saya mengira akan memperoleh pujian, karena telah berhasil mencegah demonstrasi. Tidak ada pembunuhan. Tidak ada korban. Prajurit memegang teguh disiplin. Sjafrie telah melaksanakan tugas dengan baik.” Tapi dugaan Prabowo keliru.
“Di ruang dalam keluarga Soeharto sedang duduk bersama Wiranto,” kata Prabowo. Orang yang pertama keluar adalah Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek, putri bungsu Soeharto.
“Mamiek melihat saya dan menudingkan telunjuknya kira-kira beberapa sentimeter dari hidung saya, sambil berkata, ”Jangan injakkan kakimu di rumah saya lagi. Jadi saya keluar. Saya menunggu. Saya ingin masuk. Saya katakan saya perlu penjelasan. Istri saya menangis pula.”
Putra Soemitro ini mengatakan pula, ”Situasinya sangat tegang antara saya dan anak-anak Pak Harto lainnya. Kemudian istri saya mengatakan kepada saya bahwa ada laporan-laporan yang mengatakan kepada saya bahwa ada laporan-laporan yang mengatakan saya mengadakan pertemuan-pertemuan dengan Habibie setiap malam. Saya juga bertemu dengan Gus Dur, Amien Rais, Buyung Nasution.”
“Tetapi kami tidak mengkoordinir kejatuhan Soeharto. Kami membicarakan cara terbaik untuk meredakan kekerasan,” kata Prabowo kepada istrinya, Titiek Soeharto.
Prabowo putus asa, istrinya pun ‘tak mempercayai dirinya’. Ia pulang ke rumah antara kecewa dan marah. Wiranto yang ingin Prabowo ‘jatuh’, tidak hanya melobi anak-anak Soeharto, ia juga melobi sang presiden. Panglima ABRI ini mengeluh tentang pergerakan Prabowo. Itu sebabnya Soeharto menyuruh agar Prabowo dicopot dari jabatannya Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). “Copot saja Prabowo dari Kostrad.”