Prabowo dan Islam
Prabowo-Benny Moerdani
Dalam beberapa kesempatan bertemu dengan Ahmad Soemargono (alm), Prabowo menceritakan bahwa di masa Benny berkuasa, anggota-anggota ABRI sulit untuk shalat atau beribadah. Bila ketahuan ada anggota ABRI rajin shalat atau tersandar sajadah di kursinya, maka ia sulit naik pangkat.
Permusuhan Prabowo dan Benny ternyata telah berlangsung lama. Ade Ma’ruf menulis, “Menurut Kivlan Zen, pertemuan itu mulai terjadi saat Prabowo menjadi Staf Khusus Menhankam /Pangab Jenderal LB Moerdani (1982-1985). Urusannya kerkaitan dengan ideologi dan agama. ‘Sebagai staf khusus Mayor Prabowo Subianto mendapat penjelasan rencana menghancurkan gerakan-gerakan Islam secara sistematis. Prabowo memperoleh informasi ini karena Benny melihat latar belakang bapaknya Soemitro Djojohadikusumo, seorang sosialis dan ibunya seorang penganut Kristen dari Manado. Namun Prabowo merasa tidak cocok dan melaporkan langkah-langkah Benny kepada mertuanya Presiden Soeharto,” tutur Kivlan.
Mengetahui rencananya dibocorkan kepada Soeharto, Benny marah besar. Prabowo, yang telah menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Kopassus, kesatuan elite anti terror, dimutasi menjadi Kepala Staf Kodim. “Ini menimbulkan kebencian dan ketidakberdayaan sangat mendalam Prabowo terhadap Benny,” kata Kivlan.
“Prabowo juga melakukan pendekatan terhadap Komandan Seskoad Mayjen Feisal Tanjung dan Pangdam Brawijaya Mayjen R Hartono. Bersamaan dengan hal itu, Benny menyiapkan penggantinya, mulai dari Letjen Sahala Radjagukguk, Mayjen Sintong Panjaitan, Brigjen Theo Syafei, Kolonel Luhut Pandjaitan, dan Letkol RR Simbolon.”
KIvlan juga menceritakan, pada 1988 muncul kabar Benny ingin menjadi Presiden. Isu panas ini lalu dibahas oleh Kivlan, Prabowo dan kawan-kawan di Restoran Rindu Alam, 12 Februari 1988. ”Saya bilang, Wo kamu hadap Pak Harto (minta) copot Benny jadi Pangab sebelum SU MPR tanggal 1 November 1988,” kata Kivlan kepada Prabowo saat itu.
“Wah bahaya, nanti dia kudeta,” ujar Prabowo.
“Kalau dia kudeta kita balas dengan kudeta. Saya pegang satu batalyon, si Ismet satu batalyon, Sjafrie satu batalyon, kau satu battalyon. Kalau dia kudeta, kita kontra kudeta. Kita rebut semua ini,” kata Kivlan saat itu.
Tidak berapa lama kemudian, terbuktilah semua ini. Isu keinginan Benny menjadi presiden didengar Soeharto.
“Setelah pulang dari Yugoslavia. Pak Harto bilang biar menteri, biar jenderal, kalau dia inkonstitusional akan saya gebuk. Itu laporan saya, karena Benny mau melakukan kudeta. Tahun 1989, Benny pun diberhentikan,” ungkap Kivlan.
Redupnya Benny diikuti tersingkirnya para perwira yang dinilai sebagai ‘orangnya Pak Benny” seperti Luhut Pandjaitan dan Sintong Pandjaitan.”
Walhasil, meski Prabowo lahir dan dibesarkan dalam suasana ‘sekuler’, tapi pribadinya menunjukkan ia orang yang ‘hanif’. Mungkin dari kebiasaannya membaca buku dan keturunan orang terpelajar, Prabowo bisa membedakan mana orang yang adil dan zalim. Karena itu ia merasa nyaman berdampingan dengan tokoh-tokoh Islam sejak 1997-an.
Tapi kini nampaknya beda. Prabowo tidak lagi dekat dengan tokoh-tokoh Islam. Ia merangkul semua kalangan, baik Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain. Ia tidak segan menunjukkan sikap sekulernya. Di antaranya dengan salam campur lintas agama. Ia juga tidak segan untuk mendekat ke negara China dan Amerika.
Prabowo memang punya pemikiran sosialis seperti ayahnya. Bagi kaum sosialis agama tidak penting. Yang penting rakyat ekonominya makmur, cukup makan dan minum. Maka jangan harap Prabowo membela Islam dalam pemerintahannya. Tidak memenjarakan tokoh-tokoh Islam di masa pemerintahannya saja, patut disyukuri. Selanjutnya kita lihat sikap pemerintahannya di masa mendatang. Wallahu alimun hakim. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.