Prabowo Menang de-Facto, Jokowi Menang de-Survai
Kata wartawan senior asal Ambon, Kisman Latumakulita, sambutan untuk Prabowo Subianto (PS) ketika dia melaksanakan shalat Jumat (28/12/2018) di masjid Al-Fatah, Ambon, persis seperti suasana kedatangan pahlawan yang baru pulang dari medan tempur. Kisman menulis panjang-lebar tentang sambutan heroik itu. Bisa dipahami. Sebab, orang Ambon menunjukkan jiwa yang sangat pancasilais dan bhineka-tunggal-ikais.
Muslim dan bukan muslim turun ke jalan. Mereka sepaham, sekeinginan. Mereka meneriakkan ‘dua, dua, dua’. Yang berarti mereka menghendaki Prabowo menjadi presiden.
Ambon luar biasa!
Tapi, apakah hanya Ambon yang menginginkan Prabowo sebagai presiden? Tidak! Di mana-mana orang bagaikan tak sabar. Tak sabar untuk mengantarkan paslon 02 itu ke Istana. Cuma, Ambon sejauh ini mencatatkan rekor penyambutan yang fantastis. Untuk ukuran kotanya, sambutan warga Ambon menjadi yang paling kolosal sejauh ini. Lebih dari itu, sambutan ini menyertakan ‘victorious effect’ (dampak kemenangan) yang tak ternilai besarnya bagi Prabowo-Sandi.
Sebenarnya, ‘victorious effect’ itu telah terbangun di banyak tempat yang didatangi oleh capres Prabowo dan cawapres Sandi Uno. Sekarang efek kemenangan itu telah berubah menjadi bola salju. Ada ‘snowballing victorious effect’. Berguling terus. Unstoppable. Tak terhadang lagi.
Sambutan kemenangan untuk Prabowo menular ke mana-mana. Menjalar ke segala arah; baik secara geografis, demografis, maupun ideologis. Inilah yang disebut “Prabowo unites the Nation”. Dari segi geografis, tidak ada lagi sekat teritorial. Tidak ada lagi klaim “Jawa Tengah kandang Banteng”. Juga tidak terlihat partisi demografi. Misalnya, lihatlah eksodus ratusan pengusaha Tionghoa ke kubu Prabowo-Sandi. Begitu juga secara ideologis. Rakyat dari macam-macam keyakinan reliji mengacungkan ‘salam dua jari’.
Prabowo unites the Nation. Prabowo menyatukan bangsa. Beliau menang sebelum bertanding. Begitulah faktanya. Ini kenyataan yang meluas.
Kalau diambil terminologi yang sangat tersohor di dunia hukum, Prabowo pantas disebut ‘menang de-facto’. Menang faktual. Menang di lapangan. Tinggal menunggu legitimasi pilpres 17 April 2019. Menunggu saat dia ‘menang de-jure’.