Presidium MER-C: Selalu Ada Jalan Keluar
Sejarah membuktikan bahwa MER-C berangkat dengan semangat dan ketulusan. Dua kata itulah yang telah menjadi energi MER-C dalam mengukir sebagian sejarah panjang anak bangsa ini.
Banyak kisah-kisah inspiratif yang MER-C alami. Kisah ini saya angkat kembali untuk memotivasi kita semua dalam menapaki tantangan ke depan yang terus kita jalani.
Sebagai NGO yang kenyang dengan asam garam perjuangan, sudah tentu memberikan terbaik dalam segenap aktivitas kemanusiaan baik suasana terencana ataupun tidak. Sering langkah berani yang MER-C ambil membuat mata susah merem. Langkah berani MER-C yang paling spektakuler adalah membangun rumah sakit di Palestina.
Awalnya banyak yang menyebutkan ini langkah impossible, membangun sebuah rumah sakit di tanah yang penuh pergolakan yang tidak berujung penyelesaian. Keputusan sudah diambil, janji sudah dibuat, MOU sudah ditandatangani dengan Palestina. Layar sudah dikembangkan, bahtera pantang berlabuh.
Pak Faried Thalib dan Pak Idrus M. Alatas, komandan lapangan yang nekat dan inspiratif membuat kami yakin pekerjaan besar ini akan bisa dan mungkin diselesaikan. Dalam perjalanan suka duka bersama kami alami. Bagaimanapun dana menjadi penyambung proyek besar ini. Dengan modal hanya Rp10 Milyar dan biaya rumah sakit diperkirakan mencapai Rp110 M, sungguh membuat jantung berdegub kencang.
Sebagai orang lapangan, Pak Faried yang langsung berinteraksi dengan kontraktor Palestina dan mereka tidak mau tahu tentang kesulitan keuangan yang MER-C alami. Dalam kepusingan tiba-tiba beliau meminta rapat presidium mendadak karena ada hal krusial yang harus diputuskan saat itu juga.
Dengan pasti dan tanpa panjang lebar beliau menegaskan, “Saya mau hutang Rp15 milyar ke seorang pengusaha besar, dia sahabat dekat saya. Nanti MER-C yang bayar, kalau MER-C tidak sanggup, saya dan dr. Jose yang akan tanggung jawab.”
Terjadi diskusi antara kami apakah menerima tawaran ini atau tidak. Keputusan rapat akhirnya menerima keinginan ini dengan segenap pertimbangan.
Tapi sejarah berkata lain. Takdir Allah, rencana itu tidak pernah terwujud sampai rumah sakit diresmikan.
Lima hari kemudian tiba-tiba Israel menyerang Gaza. Serangan begitu dahsyat dan lama. Pemberitaan perang begitu masif. Korban sipil berjatuhan. Dunia internasional mengutuk kebiadaban Israel. Simpati dalam negeri begitu besar.
Tak disangka donasi rumah sakit yang awalnya lambat dan sedikit, tiba-tiba donasi masif. Di Gaza, hanya ada relawan MER-C yang sedang membangun rumah sakit, maka mayoritas donasi rakyat Indonesia ditujukan ke Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza.
Dalam waktu singkat, dana yang dibutuhkan untuk bangun RSI tercukupi.
Jadi ingat firman Allah SWT dalam Al-Qur’an : “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. 94:5).
Sejarah membuktikan bahwa MER-C berangkat dengan semangat dan ketulusan. Dua kata itulah yang telah menjadi energi MER-C dalam mengukir sebagian sejarah panjang anak bangsa ini.
26 November 2020
dr. Sarbini Abdul Murad
Ketua Presidium MER-C