Profesi Terhebat
Insinyur listrik mungkin merasa dirinya paling hebat, karena dialah yang membangun listrik yang manfaatnya banyak untuk manusia. Presiden merasa paling hebat, karena dia merasa dialah yang dapat menyejahterakan rakyatnya. Dan banyak orang dengan profesinya merasa yang paling hebat.
Siapakah sebenarnya yang profesinya paling hebat? Al-Qur’an memberikan jawabannya. Bukan presiden, gubernur atau insinyur profesi yang paling hebat, tapi dakwah. Dakwah adalah profesi yang terhebat menurut Allah SWT.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim?” (QS. Fushilat 33)
Profesi terbaik adalah mereka yang menyeru kepada jalan Allah. Mereka yang mengajak ke surga. Mereka yang mengajak kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Makanya dalam Sirah, meski Rasulullah ditawari harta yang berlimpah, kekuasaan yang tinggi dan istri yang tercantik, tapi harus harus menghentikan dakwah, Rasul menolak. Terkenal ucapan Rasulullah, “Wahai Paman, Demi Allah, kalaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah) sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku meninggalkannya.”
Untuk apa jadi presiden, bila sehari harinya yang diseru adalah kezaliman? Untuk apa jadi menteri bila yang diserunya adalah kebatilan? Untuk apa jadi pengusaha bila yang diserunya adalah ketidakjujuran?
Rasulullah kehidupannya adalah kehidupan dakwah. Sepanjang hidupnya Rasul menyeru dakwah, agar umat manusia selamat kehidupannya di dunia dan akhirat.
Kita adalah dai, sebelum segala sesuatu, kata seorang ulama. Hidupku dakwahku, kata organisasi Islam Hasmi. Dulu kita berdakwah dengan politik, kini kita berpolitik dengan dakwah, kata Buya Mohammad Natsir.
Apapun profesi kita jadilah dai. Jadilah guru yang mengajak kepada kebaikan. Dengan menjadi dai maka kita akan terus belajar. Kita akan terus memperbaiki diri, sambil memperbaiki masyarakat.
Berkecimpung dalam dakwah, memang tidak selamanya manis. Ada kalanya dau dipenjara, disiksa bahkan dibunuh. Di masa Rasulullah, hal itu banyak terjadi.
Di negeri kita kini lebih beruntung. Dakwah tidak diancam pidana. Dakwah bebas selama tidak menyalahi undang undang. Meski dalam kenyataan ada dai yang diincar pemerintah dikerangkeng tanpa jelas kesalahannya.
Makanya dalam dakwah jangan mengharap amplop. Apalagi mematok harga amplop. Ikhlaslah dalam dakwah. Diberi amplop alhamdulilah, tidak diberi juga alhamdulilah. Kenapa? Karena diberi kesempatan menyampaikan risalah itu sudah merupakan kenikmatan tersendiri.