PS itu ‘A Body Wash’
Pegi Setiawan (PS) yang ditersangkakan sebagai pembunuh Vina-Ekky Cirebon akhirnya dibebaskan.
Kasusnya yang menguras perhatian emosi publik dari detik demi detik di aras waktu dan media sosial-elektronik negeri ini.
Karena di situ ada labirin kejahatan luar biasa yang masih menyimpan misteri tak terkirakan:
Tengah tersekak dan terbelitnya napas keadilan, kejujuran, kebenaran dan keadaban moral bagi PS orang kecil yang hanya seorang kuli bangunan.
Berikut delapan orang tahanan lainnya yang masih tengah tervonis seumur hidup untuk suatu perbuatan pembunuhan dan pemerkosaan yang sebenarnya tidak mereka lakukannya.
Maka, PS dan kawan-kawannya itu jangan dianggap persoalan yang dianggap dipandang sebelah mata atau remeh temeh.
Selalu menjadi kebiasaan buruk bagi rakyat bangsa yang masih saja terlelap dan seolah tersekap di kubangan legacy perbudakan kolonial. Dibodohi dengan dan sebagai playing victim sekalipun pelakunya itu para polisi.
Maka, terbebaskannya PS itu suatu momen terpenting sebagai simbolisasi tradisi dari suatu ritualisasi mandi suci bagi bangsa ini.
PS itu a body wash bagi pembersihan tubuh dunia kepolisian di Indonesia yang selalu ringkih dan rikuh akibat begitu tebal kotoran daki dengan ketidakkeberpihakannya kepada kemurnian tugas dan fungsinya melindungi dan menngayomi rakyat kecil yang selalu terintimidasi dan tertindas.
Polisi tengah berat sebelah lebih “mengayomi” kekuasaan penguasa kejahatan. Yang seharusnya ditentang dan diberantasnya sekeras-kerasnya.
Mereka kelompok mafia penguasa kekuasaan kriminal itu telah “melenakan” sahwat dunia kepolisian yang korup.
Dirasuki keserakahan nafsu dunia demi kebergelimangan harta yang dikais-kais saling berebut oleh para pejabat elitenya. Keberlangsungan kinerja hanya mengasong kekayaan orang, tetapi memulungi para prajurit terbawahnya yang tersisa oleh beban level “kesejahteraannya”.