Pudarnya Jiwa Pahlawan
Kita menangis melihat kondisi negara kita
Bila dulu pahlawan berjuang dengan sekuat tenaga
Membebaskan bangsanya dari penjajah durjana
Membela bangsanya dari kristenisasi Indonesia
Kini para pejabat sebaliknya
Berfikirnya bagaimana mendapat uang sebanyak banyaknya
Gaji besar diterima tanpa rasa bersalah di dada
Hampir semua mereka berlomba untuk kaya
Perhatian ke orang miskin hanya sisa
Setelah mereka menikmati kemewahan dari negara
Akhirnya
Yang kaya makin kaya
Yang miskin tetap miskin saja
Harusnya presiden menteri DPR di istana sana
Menurunkan semua gaji pejabat tinggi negara
Agar rakyat bisa menikmati adil dan sejahtera
Bukan malah menaikkan gaji orang orang kaya
Dimana empati para pejabat di sana
110 juta rakyat Indonesia miskin menurut Bank Dunia
Sementara mereka bisa terbahak bahak di sana
Jiwa pahlawan telah hilang di istana dan sekitarnya
Diganti jiwa rakus menumpuk numpuk harta
Indonesia tidak akan sejahtera
Bila jiwa rakus terus ada
Mereka lupa dan hilang empatinya
Lemah imannya dan mungkin juga suasana birokrasi di tanah air tercinta
Mencintai harta lebih tinggi dari iman di dada
Para pahlawan dulu di tanah air kita
Tidak ada perasaan mereka untuk menumpuk harta
Yang ada adalah bagaimana bangsa ini merdeka dari penjajah kafir Portugis, Belanda dan sekutunya
Kalimat Allahu Akbar menempel di dada mereka
Hidup dan kematian bagi mereka sama saja
Asal Islam tidak dinista
Asal negeri Islam ini tidak diperkosa
Mereka tidak ingin bangsa ini miskin karena penjajah durjana
Mereka tidak ingin bangsa ini murtad ikut agama penjajah Belanda
Dalam berjuang mereka tidak ingin aku dapat apa
Tapi mereka bertanya apa yang bisa aku sumbangkan untuk agama
Apa yang bisa aku sumbangkan untuk negara
Mereka tidak ingin jadi parasit di negara
Mereka berusaha sekuat tenaga menyumbang tenaga dan harta untuk mempertahankan negara
Harta habis tidak mengapa
Dan mungkin rumah juga bisa tiada
Jiwa ikhlash para pahlawan kini tiada
Diganti jiwa rakus jabatan dan harta benda
Bagaimana negara mau sejahtera kalau para pejabat mendulukan kepentingannya daripada rakyatnya
Bagaimana mau sejahtera kalau yang diangkat adalah kroni kroninya
Bukan mereka yang Arif dan bijaksana
Akhirnya negara seperti kerajaan saja
Yang penting keluarga dan partainya sejahtera
Jutaan lain hanya menerima tetesan air dari istana