Puluhan Ribu Rakyat Gaza Mengungsi, Krisis Air dan Listrik Parah
Jalur Gaza (SI Online) – Bombardir tanpa henti oleh Zionis Israel di Jalur Gaza memaksa lebih dari 42 ribu warga mengungsi dan terlantar secara internal di wilayah yang diblokade itu.
Israel telah memblokade Jalur Gaza sejak 2007 hingga memutus akses dari darat, laut dan udara. Situasi yang memprihatinkan itu semakin diperparah dengan serangan udara Israel saat ini.
“Tujuh puluh tiga tahun setelah terciptanya masalah pengungsi Palestina, hilangnya tanah air mereka dan perampasan harta benda mereka terus berlanjut,” ungkap pernyataan badan bantuan PBB, UNRWA.
“42 ribu warga Palestina di Jalur Gaza mengungsi secara internal saat mereka melarikan diri dari serangan udara Israel dan mencari perlindungan di sekolah-sekolah UNRWA dan di tempat lain,” papar tweet UNRWA.
Penduduk Jalur Gaza dibangunkan pada dini hari Senin (17/5) oleh bom-bom Israel. Serangan itu meratakan bangunan tempat tinggal dan jaringan listrik serta air yang sangat penting pun hancur.
Serangan semalam itu membawa korban tewas Palestina menjadi sekitar 212 orang, termasuk 59 anak-anak dan 35 wanita, sementara lebih dari 1.300 orang lainnya terluka.
Israel menargetkan rumah, apartemen dan bangunan komersial, dan juga mengenai satu mobil dan kafetaria di pantai, mengakibatkan semakin banyak kematian dan korban cedera.
Pengeboman tanpa henti telah menghancurkan layanan listrik, air dan sanitasi di Gaza, meningkatkan kekhawatiran akan krisis kemanusiaan yang mendalam bagi dua juta orang yang tinggal di sana.
Walikota Kota Gaza Yahya Al-Sarraj mengatakan layanan penting telah dikurangi secara signifikan dalam beberapa hari terakhir karena sumber daya yang terbatas dan kerusakan jalan, saluran listrik dan pipa air.
Dia menyebut Israel sengaja menargetkan infrastruktur penting dan menghancurkan jalan-jalan utama, termasuk akses ke Rumah Sakit As-Syifa.
“Sanitasi dan pasokan air untuk penduduk terpukul parah,” ungkap Al-Sarraj kepada Arab News.
“Satu-satunya pabrik desalinasi di Kota Gaza telah berhenti berfungsi sebagai akibat dari pemboman Israel di daerah sekitarnya dan ketidakmampuan pekerja untuk mencapainya, serta pemadaman listrik yang terus menerus telah mempengaruhi pemompaan air dari sumur ke rumah,” ungkap dia.
Ziad Sheikh Khalil, 44, mencoba menyediakan penerangan untuk rumah yang dia tinggali bersama istri dan empat anaknya dengan mengisi baterai selama beberapa jam listrik tersedia.