Qiyamul Lail, Madrasah Paling Agung bagi Pejuang Islam
Madrasah qiyamul lail (shalat malam) adalah madrasah paling agung. Ia merupakan tempat seorang Muslim membina dirinya, berkenalan dengan Tuhannya serta memahami seluruh makna nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
Madrasah shalat malam adalah madrasah untuk belajar khusyuk, tunduk, merendahkan diri dan bertobat kepada Allah SWT. Karena itu, shalat malam termasuk bagian dari syariah Islam secara keseluruhan, tanpa pengecualian.
Demikian dikatakan seorang tokoh pergerakan Islam asal Mesir, Dr. Najih Ibrahim, melalui bukunya “Risalah ila Man Ya’malu li al-Islam”, diterjemahkan menjadi “Pesan-Pesan Menggugah untuk Pengemban Dakwah” (2009).
Dr. Najih menasihati umat Islam, khususnya para aktivis Islam untuk senantiasa melaksanakan shalat malam. Menurutnya, shalat malam merupakan kebutuhan mendesak bagi setiap muslim.
“Saudaraku aktivis Islam, hendaklah Anda mengetahui bahwa ketundukan Anda pada malam hari adalah kunci kebesaran Anda pada siang hari. Sujud Anda pada malam hari adalah jalan kemuliaan Anda pada siang hari, senjata kemenangan Anda atas musuh-musuh Anda, serta rahasia kesuksesan Anda dalam dakwah, amar makruf nahi mungkar dan jihad anda.”
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Dengan instingnya yang Islami dan sensitif serta pemahamannya yang mendalam tentang Islam, ia menyadari betul bahwa shalat malam adalah salah satu faktor untuk meraih kemenangan atas musuh. Ia pun menyadari bahwa shalat malam merupakan salah satu senjata ampuh dalam perang yang tidak bisa ditandingi musuh.
Karena itu, Shalahuddin al-Ayyubi sering berjalan melewati kemah pasukannya pada malam hari. Jika ia melihat salah satu kemah yang di dalamnya tidak ada yang melaksanakan shalat malam, maka ia akan segera membangunkan mereka dan memarahi mereka, dengan berkata, “Saya khawatir kita diserang musuh malam ini dari kemah ini.” Inilah pemahaman yang sangat tinggi tentang Islam yang agung dalam diri Shalahuddin al-Ayyubi.
Dengan demikian, Shalahuddin al-Ayyubi menganggap tidak adanya shalat malam sebagai celah yang lebih berbahaya daripada celah pada benteng yang memungkinkan musuh bisa menyerang dari celah tersebut.
Sebelum Shalahuddin, ada Khalid bin Walid. Sejak permulaan jihad hingga wafat menjumpai Allah SWT, Khalid dan kawan-kawannya bisa melakukan shalat malam berjam-jam dan membaca banyak surah Al-Qur’an di dalam shalat mereka.
Salah seorang dari mereka suaranya merdu ketika membaca Al-Qur’an hingga menangis dan membuat yang lain juga ikut menangis. Mereka semua merupakan teladan dalam hal shalat malam, puasa dan ibadah-ibadah lain bagi siapa saja yang mengenal mereka.
Siapa pun yang pernah hidup bersama mereka saat itu berkomentar, “Khalid dan rekan-rekannya seperti para malaikat dalam wujud manusia. Karena begitu banyaknya ibadah mereka dan ketinggian aspek ruhiyah mereka, mereka seperti mendaki ke langit, sementara mereka berada di bumi. []
Shodiq Ramadhan