QUR'AN-HADITS

Rahasia Ketenangan Hidup dalam Surah Thaha Ayat 131

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh persaingan dan gaya hidup mewah, banyak orang merasa tertekan karena terus membandingkan kehidupannya dengan orang lain yang tampak lebih sukses dan bergelimang harta. Ditambah dengan perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang membentuk budaya baru yang menekankan pencapaian materi.

Fenomena ini sering kali melahirkan perasaan iri, gelisah, dan ketidakpuasan terhadap hidup. Padahal, Islam melalui Al-Qur’an telah memberikan prinsip hidup yang membawa ketenangan batin, salah satunya terdapat dalam Q.S. Thaha: (20) 131 yang berbunyi:

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِۗ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

“Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandangan matamu pada kenikmatan yang telah Kami anugerahkan kepada beberapa golongan dari mereka (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”

Dalam Surah Thaha: (20) 131, Allah SWT memberikan petunjuk yang sangat penting bagi Rasulullah ﷺ dan seluruh umat Islam mengenai bagaimana seharusnya menyikapi gemerlap kehidupan dunia.

Ayat ini dimulai dengan sebuah larangan yang tidak hanya sekadar anjuran untuk tidak melihat, melainkan mengandung makna yang lebih dalam, yaitu untuk tidak terpukau, terpesona, atau bahkan iri hati terhadap segala kemewahan dan kesenangan duniawi yang Allah limpahkan kepada sebagian orang yang mungkin jauh dari keimanan.

Allah mengingatkan kita bahwa kenikmatan dunia yang tampak indah dan memikat itu hanyalah “sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami uji mereka dengannya.” Frasa pada kata “bunga kehidupan dunia” melukiskan betapa fana dan sementaranya kenikmatan tersebut, layaknya bunga yang indah namun akan layu dan hilang. Tujuan Allah memberikan kenikmatan ini kepada sebagian orang adalah sebagai ujian, sebuah fitnah untuk melihat apakah mereka akan bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut di jalan kebaikan, ataukah mereka akan terlena dan semakin jauh dari-Nya

Setelah memberikan larangan dan menjelaskan hakikat kenikmatan dunia, Allah kemudian memberikan penegasan bahwa “karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” Kalimat ini adalah sebuah oase bagi hati seorang mukmin. Keunggulan karunia Allah terletak pada sifatnya yang lebih baik dan lebih kekal karena tidak akan pernah berakhir. Perbandingan ini jelas menunjukkan bahwa segala gemerlap dunia tidak ada nilainya dibandingkan dengan apa yang Allah janjikan bagi orang-orang yang beriman.

Dalam menafsirkan Surah Thaha ayat 131, para mufasir kontemporer seperti Wahbah Zuhaili, M. Quraish Shihab, dan Ahmad Mustafa al-Maraghi memberikan wawasan yang mendalam dan relevan dengan kehidupan kita saat ini. Mereka sepakat bahwa ayat ini, meskipun secara khusus ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ, mengandung pelajaran universal bagi seluruh umat Islam tentang bagaimana seharusnya menyikapi gemerlap kehidupan dunia.

Wahbah Zuhaili, dalam Tafsir Al-Munir, menekankan bahwa larangan “janganlah sekali-kali engkau tujukan pandanganmu” adalah sebuah seruan untuk tidak terpesona atau iri dengan kenikmatan duniawi yang dinikmati oleh orang-orang yang tidak beriman. Beliau mengingatkan bahwa kenikmatan dunia hanyalah ujian sementara, sedangkan karunia Allah di akhirat jauh lebih baik dan kekal. Zuhaili mengajak kita untuk mengembangkan sikap zuhud, yaitu tidak terlalu bergantung pada dunia dan lebih fokus pada kehidupan akhirat.

Senada dengan itu, M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terpedaya oleh kemewahan dunia yang fana. Beliau menekankan bahwa kenikmatan dunia hanyalah “bunga kehidupan” yang digunakan Allah sebagai ujian. Shihab juga menjelaskan bahwa “karunia Tuhanmu” mencakup segala bentuk kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, dan bahwa karunia tersebut jauh lebih unggul dan abadi. Beliau menekankan pentingnya untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain dalam hal materi, dan selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah.

Ahmad Mustafa al-Maraghi, dalam Tafsir Al-Maraghi, menambahkan bahwa ayat ini melarang kita untuk terpesona dengan kehidupan dunia yang dinikmati oleh orang-orang kafir. Beliau menegaskan bahwa kenikmatan dunia hanyalah godaan dan ujian, dan kebahagiaan sejati terletak pada karunia Allah di akhirat.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button