NUIM HIDAYAT

Rakus, Penyakit Laten Negeri Ini

Rakus. Tamak. Serakah. Itulah masalah laten di negeri ini.

Begitulah kerakusan yang terjadi di negeri ini. Maka jangan heran, kalau korupsi terus menjamur baik di pusat maupun di daerah. Karena lingkungan kerja atau lingkungan birokrasi yang ada membuat orang iri hati melihat kawan sekerjanya yang lebih kaya. Mereka saling bersaing untuk lebih kaya, bukan saling bersaing untuk lebih empati kepada orang miskin.

Bila di-manage secara tepat dan para pejabat tidak rakus, maka Indonesia sebenarnya bisa menjadi negeri yang adil makmur. Tapi selama pejabatnya tamak dan sistem penggajian seperti ini, mustahil Indonesia menjadi adil makmur. Yang terjadi adalah BUMN-BUMN makin bobrok dan rakyat makin miskin. Para pejabat bermewah-mewah, sementara BUMN-BUMN menderita kerugian. Para pejabat kaya raya, sementara puluhan juta rakyat miskin tidak bisa membeli sembako, BBM, pakaian pantas, obat-obatan dan rumah yang layak.

Begitulah bila keuangan di negeri ini dijadikan bancakan para pejabat. Bukan diatur, misalnya sesuai dengan manajemen pemerintahan Umar bin Khatttab atau Umar bin Abdul Azis. Di masa dua khalifah itu, Baitul Mal (Keuangan Negara) kaya raya, tapi para pejabatnya hidup sederhana. Sehingga rakyatnya adil makmur. Saking makmurnya di masa Umar bin Abdul Azis, pemerintah kesulitan menyalurkan harta zakat di negerinya, karena rakyatnya menolak menerima zakat.

Perilaku rakus ini membahayakan, baik diri pribadi maupun masyarakat. Nabi Saw pernah berpesan kepada Hakim bin Hizam: “Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu indah menggoda. Barang siapa yang tidak mengambilnya dengan rakus maka ia akan mendapati berkah. Barang siapa yang mengambilnya dengan rakus, maka ia tidak akan mendapati berkah; ia seperti orang makan yang tidak merasa kenyang” (HR al-Bukhari).

Rasulullah Saw juga pernah berpesan: “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR Ahmad)

Allâh SWT berfirman: “Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr [89]: 20). “Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.” (QS. Al-‘Âdiyât [100]: 8).

Dari Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Saya pernah mendengar Ibnu Zubair dalam khutbahnya di atas mimbar di Mekah berkata: “Wahai manusia! Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh, seandainya anak Adam diberikan satu lembah yang penuh dengan emas, pasti dia akan ingin memiliki lembah yang kedua, dan jika seandainya dia sudah diberikan yang kedua, pasti dia ingin mempunyai yang ketiga. Tidak ada yang dapat menutup perut anak Adam kecuali tanah, dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR Bukhari)

Rasulullah Saw juga berpesan: “Sesungguhnya dinar dan dirham telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan keduanya juga membinasakan kalian.” (Musnad Ahmad bin Hanbal). []

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button