#Ramadhan Berkah 1446 HNUIM HIDAYAT

Ramadhan dan Pentingnya Tasawuf

Ketika bidang ekonomi lepas dari tasawuf, maka kerusakan juga terjadi. Orang berebut menjadi kaya, meskipun menindas orang lain. Pemilik jaringan ritel Alfamart dan Indomart membangun ribuan tokonya di desa-desa dan tidak peduli toko-toko pribumi di sekitar itu mati karenanya.

Pelaku ekonomi menjadi rakus harta. Hilang empatinya kepada orang lain. Ia yang harusnya membantu orang lain ikut maju ekonominya, malah mematikan ekonomi mereka. Dan itulah kapitalisme. Mereka berprinsip hidup adalah persaingan, yang kuat dan ulet yang menang. Yang lemah dan bodoh akan mati.

Maka jangan heran di tahun di abad 20, ketika sosialisme merebak di dunia, beberapa ulama menyetujuinya dengan beberapa syarat. Tjokroaminoto setuju dengan sosialisme, tapi tidak setuju dengan komunisme/ateisme. Ia menulis buku Islam dan Sosialisme. Begitu pula Musthafa as Syibai, ulama Timur Tengah menulis buku Sosialisme dalam Islam. Para ulama ini menulis buku-buku ini karena telah merasakan dan melihat bagaimana kerakusan kapitalisme yang membuat masyarakat dunia menderita.

Dunia pendidikan pun menjadi rusak ketika menghilangkan tasawuf. Pendidikan dibentuk hanya untuk menciptakan manusia pekerja. Doktrin yang ditanamkan kerja, kerja dan kerja. Doktrin komunis. Dalam Islam, doktrinnya adalah kerja dan doa. Pendidikan ditanamkan untuk menghasilkan manusia yang saleh, cerdas dan kreatif. Saleh atau takwa adalah tujuan pendidikan pertama.

Ketika pendidikan menjadi sekuler, maka timbul manusia-manusia egois. Ekonom Kwik Kian Gie pernah menyorot bahwa di Indonesia itu ada ribuan doktor, tapi Indonesia tetap miskin. Menurut Kwik, masalah adalah di moralnya, bukan di tingginya tingkat pendidkan. Bila moral atau akhlak sudah rusak, makin tinggi tingkat pendidikan makin bahaya. Menurut KPK, pelaku korupsi di Indonesia kebanyakan adalah lulusan kampus (sarjana).

Dalam bidang budaya juga sama. Ketika budaya lepas dari tasawuf, maka manusia akan menggali sifat-sifat buruknya untuk diimplementasikan dalam kehidupan. Manusia akan menurut hawa nafsunya daripada akalnya. Maka jangan heran di dunia saat ini merebak pakaian-pakaian semi telanjang, seni tari yang mengundang syahwat, lukisan-lukisan porno dan lain-lain. Di tanah air kita melihat kini yang diproduksi kebanyakan adalah film-film horor yang hampir tidak ada maslahatnya. Di tahun 90-an film-film yang beredar kebanyakan semi porno yang merusak Masyarakat.

Percampuran budaya dengan tasawuf melahirkan tari Aceh, tari piring Minangkabau, lukisan kaligrafi yang artistik, film-film yang mendidik, tata kota dan arsitektur yang indah seperti di Andalusia dan lain-lain.

Problema manusia modern, kata Hamka, adalah hilangnya nilai-nilai spiritual dalam diri manusia. Ketika nilai spiritual hilang, maka muncullah nilai-nilai materialistik dalam diri manusia dan inilah yang menyebabkan kerusakan manusia dan dunia. Wallahu alimun hakim. []

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial dan Politik.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button