Ramadhan dan Semangat Menebar Kebenaran Islam
Tak terasa bulan Ramadhan sudah kita lewati lebih dari separuhnya. Saya hanya ingin sedikit berbagi kegundahan tentang Ramadhan tahun ini di tanah air yang konon katanya ‘disambut’ dengan beberapa aksi teror. Diantaranya ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur.
Insiden itu terjadi, Ahad pagi, 13 Mei 2018. Ketiga gereja itu adalah Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno, dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro. Satu keluarga yang menjadi otak penyerangan pun tewas di tempat, berikut para aparat dan warga sipil. Total ada 18 orang meninggal dunia, termasuk pelaku bom bunuh diri, sementara 40 lainnya terluka. (Liputan6.com 17/5/2018)
Mengenai beberapa aksi teror tersebut, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, sel teroris yang tertidur selama ini bangkit menjelang Ramadhan.
“Mereka yang melakukan kegiatan ini adalah boleh disebut sel tidur yang bangun jelang Ramadhan dan jelang Lebaran,” ujar Setyo dalam konferensi pers di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Minggu (13/5/2018). (KOMPAS.com)
Yang membuat hati ini geram adalah banyak pihak yang menuduh seakan aksi bom bunuh diri, terorisme, itu adalah bagian dari ajaran Islam. Berbagai aksi bom teror yang terjadi menjelang Ramadhan serta aksi teror lainnya adalah sudah jelas perbuatan yang dilarang dalam Islam. Allah Swt berfirman dalam QS. Al Maidah:32 yang artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.”
Jadi, jika saat ini ada pihak yang menuduh bahwa aksi teror itu adalah bagian dari ajaran Islam dan pelakunya adalah muslim yang sedang mengamalkan ajaran Islam tentu itu adalah salah besar.
Kalau kita mau berfikir jernih, apakah muslim yang baik dan lurus akan menodai Ramadhan dan lebaran iedul fitri nanti dengan pérbuatan yang dilarang. Justru sebaliknya, muslim yang bertakwa mereka akan berburu keberkahan, bukan melempar ledakan. Mengejar ampunan, bukan menebar keresahan. Membasahi lisan lisan mereka dengan doa dan dzikir tiada henti, bukan menimbulkan tetesan air mata dan darah korban aksi bom bunuh diri.
Saat ini media seperti mengaruskan bahwa terorisme itu identik dengan islam. Maka, akan menjadi bahaya besar jika masyarakat termakan isu media ini. Apalagi jika menjadikannya sebagai rujukan untuk mengenal Islam. Islam akan kehilangan identitas aslinya sebagai agama rahmatan lil’aalamiin, yang jika diterapkan ajarannya akan membuka pintu berkah dari langit dan bumi. Islam akan menjadi ditakuti, dijauhi dan dicampakkan aturannya. Lalu dibuatlah undang-undang yang semakin membungkam suara kebenaran aturan Islam.
Sebagai penutup, marilah kita jadikan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini sebagai momen untuk menelaah, mengkaji kembali ajaran Islam yang utuh dan benar. Diiringi dengan perjuangan tanpa putus untuk mendakwahkan kebenaran Islam dan menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Agar berkah mewujud di jagad semesta ini.
Allah Swt berfirman, “Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al A’raf: 96)
Mela Mustika Amalia
(Ibu Rumah Tangga, tinggal di Liverpool UK)