SIRAH NABAWIYAH

Rasulullah Saw Sang Insan Kamil: Keteladanannya Mendidik Umat

Sebelum memulai pembahasan, penulis mengajak para pembaca yang budiman untuk memperbanyak bacaan selawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw:

اللهمَّ صَلِّ وسَلُّم على سَيِّدنا محمَّد النَبِيِّ والرَسـول واَهلِ بَيتِه الطاهرين واصحابه الكِرام

Bulan Rabiulawal merupakan momen yang sangat tepat untuk meneguhkan rasa syukur kepada Allah melalui lantunan selawat sebagai ungkapan cinta kepada insan sempurna tersebut.

Selain memperbanyak selawat, bulan Rabiulawal juga layak dijadikan kesempatan untuk kembali membaca sirah nabawiyyah beliau yang agung, sehingga kita dapat meneladani perilaku dan akhlak mulia yang diwariskannya.

Lebih dari itu, bulan ini dapat menjadi momentum muhasabah; sejauh mana perilaku kita telah sesuai dengan jejak beliau. Padahal Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Rasulullah Saw. adalah uswatun-hasanah (teladan yang baik); barang siapa mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka tiada jalan lain kecuali mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan sunah-sunah Nabi-Nya.

Rasulullah Saw Sang Insan Kamil

Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Al-Aḥzāb [33]:21)

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya berkata: “Ayat ini merupakan dasar pokok dalam meneladani Rasulullah Saw, baik dalam ucapan-ucapannya, perbuatan-perbuatannya, maupun keadaan-keadaannya.”

Menurut Murtadha Muthahhari dalam karyanya “Manusia Sempurna”, salah satu cara untuk mengenali sosok manusia sempurna adalah dengan memuliakan individu-individu nyata yang terdidik berdasarkan model Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengetahuan tentang manusia sempurna tidak sebatas pada aspek lahiriah, yakni sekadar mengetahui identitasnya, tetapi lebih jauh mencakup pengenalan terhadap kepribadiannya secara mendalam. Dari pemahaman inilah, seseorang dapat menjadikannya sebagai teladan, sekaligus menerima dan mengakuinya sebagai pemimpin serta imam dalam kehidupan aktual.

Lebih dari sekadar teori, Muthahhari menekankan bahwa pengetahuan tentang manusia sempurna memiliki dimensi praktis. Ia penting agar umat Islam dapat menapaki jalan-jalan yang ditunjukkan oleh Islam untuk menjadi muslim yang paripurna. Dengan demikian, konsep manusia sempurna bukan hanya ideal abstrak, tetapi juga landasan dalam upaya membangun masyarakat Islam yang hakiki.

Sarjana dan filsuf asal Iran itu mencontohkan Nabi Muhammad Saw sebagai manusia sempurna dalam Islam. Kita mengetahui bahwa Nabi Saw adalah rasul yang diutus, yang telah dipilih oleh perhatian Ilahi dari antara seluruh makhluk untuk menyampaikan risalah Allah kepada dunia. Oleh karena itu, sejak kelahirannya Allah SWT yang mendidik beliau secara langsung, antara lain melalui wahyu-wahyu Al-Qur’an yang diturunkan kepada beliau melalui malaikat Jibril As.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sempurna dan paripurna nan abadi. Di dalamnya, terkandung petunjuk dan tuntunan bagi umat manusia dalam kehidupannya sebagai individu dan masyarakat. Dalam hal ini, Syaikh Wahbah Al-Zuhayli menulis dalam karyanya, Al-Qur’ān al-Karīm: Bunyatuh al-Tasyrī‘iyyah wa Khashā’iṣuh al-Ḥaḍāriyyah: “Sesungguhnya Al-Qur’an al-Karim bukanlah kitab bagi kaum muslimin semata, melainkan merupakan undang-undang/aturan kehidupan manusia bagi seluruh alam. Hal itu karena di dalamnya terkandung prinsip-prinsip keabadian dan keberlangsungan, keluhuran dan kemajuan, keluasan dan ketercakupan. Al-Qur’an bersifat universal karena ia adalah kalam Allah SWT dan wahyu-Nya yang abadi hingga hari kiamat.”

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button